Abstract

<p><em>As the Balinese people of Bali Aga, the people of Tenganan Peringsingan custom village had a special characteristics and identities than Balinese people in common. One of them is having their own calendar system which is totally different with the Balinese people have in common. Beside calendar systems, another unique tradition they had was Matruna Nyoman. This tradition is initiation ceremony for adolescents who grow up to manhood. In the Matruna Nyoman process, the adolescents of Tenganan get their education of tradition with the hope to be able to control their self physically and mentally, so they can represent the characters of Hindu’s youth. In this writing, it was done the analysis based on the theory of religion stated by E. B. Tylor. According to him, the religiosity came from human being’s consciousness toward spiritual concepts. In the functional structural theory of Durhkeim, he stated that interpreting the whole societies in the function matter of the constituent elements, especially norms, customs, traditions, and institutions. The result of this research shows that each adolescent of Tenganan Pengringsingan is able to gather to a head their knowledge and skill, so they can do their social duties based on Awig-awig of Tenganan Peringsingan custom village.</em></p>

Highlights

  • Sebagai masyarakat Bali Aga Desa Adat Tenganan Pegringsingan memiliki corak dan identitas yang khas dibanding masyarakat Bali pada umumnya

  • One of them is having their own calendar system which is totally different with the Balinese people have in common

  • In the Matruna Nyoman process, the adolescents of Tenganan get their education of tradition with the hope to be able to control their self physically and mentally, so they can represent the characters of Hindu’s youth

Read more

Summary

PENDAHULUAN

Arus globalisasi sudah tidak terbendung lagi masuk ke Indonesia yang disertai dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia kini memasuki era revolusi industri 4.0, yakni menekankan pada pola digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, atau dikenal dengan fenomena disruptive innovation. Materuna Nyoman mengibaratkan manusia seperti metemorfosis kupu-kupu dimana setiap fase metamorfosis ditandai dengan sebuah ritual atau kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas karakter diri dari setiap peserta, dengan eksistensi pendidikan informal di desa Bali Aga khususnya di desa adat Tenganan Pegringsingan masih terasa relevan dalam menghadapi era revolusi 4.0. Materuna Nyoman menjadi penting untuk didalami mengingat bentuk tradisi kebudayaan ini merupakan bagian dari proses pendidikan pembentukan karakter yang dilalui oleh seluruh teruna atau remaja putra di Desa Adat Tenganan Pegringsingan yang termasuk dalam jenis pendidikan informal dengan karakter hindu sebagai pondasinya dalam menjalani hidup sebagai teruna yang dewasa dalam menghadapai era revolusi 4.0. Penelitian ini mengambil judul tentang “Eksistensi Pendidikan Informal Bali Aga dalam Era Revolusi Industri 4.0 Di Desa Adat Tenganan Pegringsingan” sudah barang tentu akan menggunakan beberapa teori untuk membahas beberapa persoalan yang berkaitan dengan penelitian tersebut diantaranya Teori Religi, Teori Fungsional. Penelitian ini berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (Holistik-Kontekstual) melalui pengumpulan data dari lapangan serta berbagai narasumber baik berupa teks maupun langsung sebagai instrumen kunci penelitian

METODE
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call