Abstract

Trichophyton rubrum, salah satu jamur dermatofita yang umum ditemukan di Indonesia, menghadirkan tantangan besar yang memerlukan solusi efektif. Untuk mengatasi masalah ini, penelitian yang berfokus pada sifat antijamur dari ekstrak daun kunyit (Curcuma longa Linn.) menawarkan potensi yang menjanjikan untuk mengobati infeksi kulit dermatofit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas ekstrak etanol daun kunyit sebagai antijamur terhadap pertumbuhan Trichophyton rubrum secara in-vitro. Menggunakan pendekatan eksperimental dengan desain post-test-only control group, berbagai konsentrasi ekstrak daun kunyit (10%, 20%, 30%, dan 40%) diperiksa bersama kontrol negatif dan positif (aquades dan ketokonazol 2%). Diameter zona hambat pertumbuhan pada media Sabouraud Dextrose Agar diukur dengan menggunakan metode sumur. Analisis menggunakan uji Kruskal-Wallis menunjukkan signifikansi statistik (P <0,05), diikuti dengan uji Post Hoc Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan potensi penghambatan ekstrak daun kunyit terhadap pertumbuhan jamur, dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 30% menunjukkan kekuatan penghambatan ringan, dan 40% menunjukkan kekuatan penghambatan sedang. Variasi hasil dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak dan waktu inkubasi. Khususnya, konsentrasi yang paling efektif adalah 40%, menunjukkan diameter zona hambat berukuran sedang sebesar 8,3625 mm pada 24 jam dan 7,84 mm pada 48 jam, melampaui konsentrasi lainnya. Khasiat ini dapat dikaitkan dengan adanya senyawa seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, fenol, dan triterpenoid dalam ekstrak daun kunyit, yang secara kolektif berkontribusi terhadap sifat antijamurnya. Kata kunci: Ekstrak daun kunyit; metode sumuran; Tricophyton rubrum; zona hambat

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call