Abstract

“Ableism” merupakan tindakan diskriminasi/penghinaan/ejekan yang dilakukan kepada penyandang disabilitas. Tindakan tersebut acap kali menimbulkan efek negatif yang tentu sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan penyandang disabilitas. Tulisan ini membahas tentang upaya transformasi gereja dari yang ‘ableist’ menuju “dis-ableist”. Kacamata kristologi dan ekklesiologi akan membantu rekontruksi pemikiran mengenai sikap gereja serta masyarakat seharusnya terhadap penyandang disabilitas. Baik kristologi dan ekklesiologi mengungkapkan model solidaritas serta penebusan universal yang membuka jalan bagi seluruh umat manusia, termasuk mereka yang disabilitas. Jadi dalam upaya membangun gereja yang inklusiv, gereja harus menjadi agen damai dalam transformasi pola pikir yang terbuka dalam menanggapi para penyandang disabilitas sebagai manusia yang utuh.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call