Abstract

Pengakuan seorang Kristen bahwa citra Allah juga terdapat pada sesamanya merupakan keramahtamahan kristiani yang bersifat politis. Oleh karena bersifat politis, keramahtamahan kristiani bukanlah mengusung mentalitas kami dan mereka yang mana kami diidentikkan sebagai korban dan mereka dilabeli penindas. Mentalitas ini diidentifikasi oleh banyak sarjana sebagai akar permasalahan dalam berbagai patologi sosial seperti penjajahan, perang, hingga politik identitas yang diamplifikasi oleh para demagog dan pendengung (buzzer) politik. Di sini, duduk persoalan kita mungkin bukan terletak pada kemampuan dalam membedakan kami dan mereka karena mentalitas ini memang inheren. Namun, kita—sebagai citra Allah—mungkin, pertama-tama dan terutama, telah gagal mencinta.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call