Abstract

Sejak dulu saya merasa nasihat tentang cinta yang beredar di kalangan teman sebaya atau wejangan dari generasi sebelumnya selalu mengganjal dan tidak menjawab persoalan yang ada. Ketika teman saya mengatakan, “Kamu ini tipe idaman mertua,” saya skeptis apakah anaknya juga mengidamkan sebagaimana mertuanya mengidamkan. Ketika generasi tua memberi nasihat, “Jangan memikirkan cinta-cintaan, belajar yang rajin, kerja keras, kalau kamu sukses nanti banyak yang terpincut dengan sendirinya,” saya langsung dilanda pandangan distopia bahwa saya nanti hanya mampu memikat pasangan yang materialistis saja karena nilai jual saya hanya pada sukses dan harta.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call