Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji misi dalam zaman post-modern saat ini dari perspektif filsafat. Saat ini, misi post-modern dapat disebut sebagai misi kontemporer. Keberagaman konteks mengundang munculnya berbagai tantangan bagi setiap pelaku misi, seperti yang dihadapi atau bahkan dijiwai oleh orang-orang belakangan ini, yakni munculnya subjektivitas dalam menalar sebuah kebenaran. Hal itu tidak lain muncul karena adanya proses kemajuan manusia dalam berpikir menuju kompleksitas, yang mana akan terus menggerus pengenalan mereka sendiri akan keberadaannya. Subjektivitas kebenaran yang identik muncul di zaman ini sering kali diperhadapkan serius oleh para pelaku misi tentang bagaimana Injil yang akan mereka wartakan dapat diterima secara langsung oleh mereka yang belum percaya, sementara objektivitas kebenaran sudah tidak berlaku lagi saat ini. Demikianlah, penulis akan melakukan tinjauan terhadap fenomena misi di zaman post-modern melalui pandangan seorang filsuf berkebangsaan Jerman, Edmund Husserl yang mengajak kita untuk dapat berpikir lebih radikal akan kesadaran diri kita. Dalam memenuhi tujuan penulisan artikel, penelitian menggunakan metode kualitatif deskripstif melalui studi kepustakaan sebagai teknik pengumpulan data. Tinjauan ini menyimpulkan bahwa kesadaran akan keberadaan manusia di dunia ini dianggap sebagai bagian dari proses penyangsian menuju suatu objektivitas mutlak, sehingga tidak ada lagi diperlukan suatu upaya pembenaran bagi Injil.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call