Abstract

Shaykh Muhyi Pamijahan merupakan murid Shaykh Abd al-Rauf al-Singkili yang berdakwah menyebarkan ajaran Martabat Tujuh dan Tarekat Shattariyah di Pulau Jawa. Ajaran ini tersebar terutama di kalangan ahli tarekat dan para priyayi. Ajaran Martabat Tujuh Shaykh Muhyi bersumber dari kitab al-Tuhfah al-Mursalah karya Shakh Fadl Allah al-Burhanpuri dari India, namun Shaykh Muhyi memiliki penjelasan Martabat Tujuh Tujuh menggunakan bahasa pegon dalam manuskrip Martabat Kang Pipitu dan beberapa naskah koleksi Leiden Library dengan nomor katalog cod. or 7527 dan 7705. Martabat Tujuh merupakan penjelasan dari aspek ontologi yaitu tajalli dhat wujud qadim meliputi ahadiyah, wahdah dan wahidiyah, dan aspek kosmologi yaitu wujud huduts meliputi ‘alam arwah, ‘alam mithal, ‘alam ajsam dan Insan kamil. Penelitian ini menggunakan pendekatan sufistik untuk mengetahui tarekat yang diikuti oleh seorang sufi dan bagaimana karakteristik penafsirannya terhadap Martabat Tujuh. Hasil kajian ini menyimpulkan bahwa Shaykh Muhyi Pamijahan sebagai tokoh sentral dalam penyebaran Martabat Tujuh di Jawa selain mengikuti tarekat Shattariyah dan beberapa terakat lainnya juga mengikuti Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa Shaykh Muhyi (w. 1730) sebagai pembawa Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah pertama kali di Nusantara sebelum Shaykh Katib Sambas (w. 1875). Ajaran Martabat Tujuh Shaykh Muhyi memiliki karakteristik penafsiran bercorak Ash’ariyah dengan memilah aspek ontologi yaitu martabat alam qadim (ahadiyah. wahdah. wahidiyah) bersifat tanzih dan aspek kosmologi (alam arwah. mithal, ajsam dan insan) sebagai wujud huduts bersifat tashbih. Selain itu, tetap disiplin dalam pengamalan syariat lahir maupun batin.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call