Abstract

Masalah kejahatan seksual yang dilakukan oleh pelaku di bawah umur atau yang dikenal sebagai “juvenile sex offender” telah menjadi perhatian serius dalam bidang kriminologi dan psikologi karena kasus-kasus ini semakin meningkat di Indonesia, terutama selama pandemi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi retrogresi moral pada juvenile sex offender melalui program intervensi Artpsy Fusion Program yang menggunakan pertunjukan Wayang Golek sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai moral berbasis kebudayaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan qualitative experiment dengan metode pretest dan posttest. Teknik pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth interview). Subyek penelitian terdiri enam orang anak yang merupakan anak binaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung dan merupakan anak pelaku kasus asusila (pelanggar kejahatan seksual). Pemberian treatment Artpsy Fusion Program dilakukan tiga kali dalam waktu tiga minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Artpsy Fusion Program efektif dalam meningkatkan penalaran moral juvenile sex offender. Analisis konten menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan dalam penalaran moral mereka setelah intervensi, dengan pergeseran dari penalaran moral yang tidak matang (immature) ke penalaran moral yang lebih matang (mature). Selain itu, dengan peleburan aspek kebudayaan melalui pertunjukan Wayang Golek, menambahkan dimensi budaya yang berharga dalam upaya peningkatan moral remaja pelaku kejahatan seksual. Hasil penelitian ini berkontribusi pada pemahaman lebih mendalam tentang retrogresi moral pada juvenile sex offender dan memberikan dasar untuk pengembangan program intervensi serupa di LPKA lain di seluruh Indonesia.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call