Abstract

Pada tanggal 18 Januari 2023 nama Cak Nun ramai diperbincangkan di media sosial setelah beredarnya video yang berisi kritikan terhadap presiden Jokowi. Bahkan nama Cak Nun justru mencuat dan menjadi tending posisi ke empat di twitter setelah mengunggah pada akun YouTubenya yang berisikan permintaan maaf dan mengaku kesambet. Dari ramainya perbincangan soal isu ini dan banyaknya masyarakat yang berspekulasi hingga terbagi menjadi dua kubu, yakni kubu yang merasa kecewa dan kubu yang mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk menyibak tabir dan melihat framing yang digunakan oleh media online ketika mengemas suatu peristiwa yang diberitakan. Dan bagaimana kepemilikan media memengaruhi kenetralan dan keobjektifan pada pemberitaan medianya. Objek penelitian ini adalah pemberitaan "Cak Nun sebut Jokowi Firaun" pada media Detik.com dan Suara.com. Dimana kedua media ini, memiliki rating yang cukup tinggi untuk jumlah pembaca, dan termasuk kedalam 13 portal berita online terbaik di Indonesia oleh akun akudigitak pada Maret lalu . Adapun metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode analisis framing model Zhong Pan dan Geral M.Kosichi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Detik.com melakukan framing terhadap pemberitaan Cak Nun sebut Jokowi Firaun terkesan kurang objektif dan menggunakan ungkapan atau sudut pandang seseorang yang pro pemerintah. Sementara Suara.com membentuk freming dengan cenderung sama dengan realitas sosial yang ada, yang dalam pemberitaannya juga mencantumkan ungkapan tokoh, yang mana ia lebih condong terhadap Cak Nun dengan melihat perannya dalam masyarakat selama ini.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call