Abstract

Seiring pertumbuhan penduduk kebutuhan garam terus mengalami peningkatan, namun jumlah produksi dalam negeri tidak mencukupi sehingga dilakukan impor. Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memproduksi garam. Teknologi produksi yang digunakan yaitu: tradisional, geomembran, bestekin, dan DJ. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha, menganalisis perbandingan teknologi, mengetahui faktor-faktor dalam produksi garam, memberikan alternatif teknologi dalam mengembangkan industri garam rakyat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan metode analisis yaitu analisis kelayakan usaha, analisis perbandingan, analisis regresi berganda, Comparative Performance Index (CPI). Hasil penelitian menunjukkan manfaat terbesar diterima oleh petani dengan teknologi bestekin Rp 396.000.000 per tahun. Berdasarkan analisis finansial nilai NPV terbesar dimiliki teknologi DJ sebesar Rp 1.016.456.247. Nilai Net B/C dan nilai IRR terbesar dari teknologi tradisional sebesar 4 dan 70,7%. Waktu pengembalian investasi tercepat dari pengguna teknologi geomembran yaitu 2,0 tahun. Nilai R/C terbesar yaitu dari teknologi bestekin sebesar 2,1. Nilai BEP unit terbesar adalah teknologi geomembran sebesar 82,6 ton, dan nilai BEP rupiah terbesar dari teknologi bestekin sebesar Rp 144.939.759. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi garam tradisional adalah luas lahan, usia dan jumlah kincir angin, sedangkan yang berpengaruh pada teknologi geomembran adalah luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan plastik geoisolator. Faktor-faktor produksi garam dengan teknologi bestekin dan DJ tidak dapat dianalisis karena baru dijalankan oleh satu responden. Alternatif kebijakan penggunaan teknologi pembuatan garam yang tepat adalah teknologi DJ dengan nilai indeks kerja yaitu 312,78.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call