Abstract

<p>Weather and climate variability is a long-term weather changes that are characterized by fluctuations and deviations from normal conditions. One possible cause is the ENSO (El-Nino Southern Oscillation) which affected in drought events. This research was conducted to determine and analyze the level of drought in South Sulawesi due to the influence of ENSO and compare the production of food crops and secondary food crops in normal years and ENSO.<br />Drought index is calculated based on the Palmer method by using data of rainfall, air temperature and soil moisture as input. Based on the calculations using the method of Palmer drought index, the regions with monsoon rain patterns have a range of values between -22.71 drought until 18:23, Equatorial patterns ranging from -4.03 to 5:07, and on local patterns ranged<br />from -8.57 until 10:07. Verification test results on the drought index of crop production data showed that each ENSO event is always followed by a decline in rice production, especially of rice fields. Food crop production generally tends to increase at each ENSO event because most crops are plants that are resistant to drought, particularly local varieties that have adapted well to their environment. Thus, the drought caused by the influence of ENSO can affect the production of food crops and secondary food crops.</p>

Highlights

  • Secara geografis, Indonesia Indonesia merupakan daerah yang potensial dengan keterdiaan sumberdaya air yang melimpah sepanjang tahun

  • a long-term weather changes that are characterized by fluctuations and deviations from normal conditions

  • which affected in drought events

Read more

Summary

Penyerahan naskah Diterima untuk diterbitkan

Analisis Dampak Enso (El-Nino Southern Oscillation) pusat konvergensi siklus Walker sebagai akibat dari peningkatan suhu muka laut tersebut. Petani tadah hujan cenderung memiliki kerentanan yang tinggi terhadap dampak kekeringan yang terjadi karena tidak adanya alternatif sumber air. Pertanian tanaman pangan dan palawija merupakan dua bentuk pertanian yang memiliki respon berbeda terhadap gejala kekurangan air. Pertanian palawija memiliki respon yang berbeda terhadap gejala kekurangan air, karena tanaman palawija merupakan tanaman yang tahan terhadap kondisi tersebut. Sedangkan pada musim kemarau dimana terjadi penurunan curah hujan, pertanian palawija sangat baik untuk dijadikan alternatif karena air tanaman yang diperlukan sedikit, tidak sebanyak pertanian tanaman pangan. Gejala kekurangan air dan penentuan waktu tanam suatu komoditas pertanian dapat dikaji berdasarkan tingkat kekeringan suatu wilayah akibat fluktuasi curah hujan. Indeks ini dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk menentukan perubahan tingkat kekeringan pada suatu daerah dengan menggunakan prinsip neraca air yang telah banyak digunakan di banyak wilayah di dunia

Yon Sugiarto dan Dori Kuniawan
Sedikit kering Agak kering Sangat kering Ekstrem kering
Perhitungan Neraca Air dan Indeks Kekeringan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Klimatologis
Indeks Kekeringan
Koefisien Korelasi
KESIMPULAN DAN SARAN
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call