Abstract

Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang terjadi di kota Tasikmalaya dimana pada tahun 2021 menurut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DUKCAPIL) tercatat ada 731.606 jiwa membuat kebutuhan juga semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya sampah yang dihasilkan masyarakat kota Tasikmalaya, dimana Ciangir yang menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) mengalami pencemaran lingkungan yang berdampak pada masyarakat di sekitarnya. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui bentuk adaptasi masyarakat sekitar TPA Ciangir. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara secara langsung kepada masyarakat sekitar TPA Ciangir. Hasil penelitian mengungkap bahwa bentuk adaptasi yang dilakukan masyarakat sekitar TPA Ciangir yaitu bersifat pasif. Masyarakat hanya bisa pasrah mengahadapi pencemaran lingkungan di sekitar permukiman, karena mereka tidak memiliki lahan permukiman yang lain untuk ditempati. Kemudian mereka juga menjadikan kondisi tersebut sebagai sumber pendapatan tambahan karena mereka dapat mengumpulkan sampah yang memiliki nilai jual. Selain itu, sebagian masyarakat menggunakan air PDAM untuk kebutuhan sehari-hari dan sebagian lagi ada yang masih menggunakan air sumur. Tetapi mereka sudah tidak menggunakan air yang mengalir di permukaan karena sudah tercemari oleh limbah yang berasal dari TPA. Untuk adaptasi masyarakat dari pencemaran udara tidak ada upaya yang dilakukan untuk mengatasi bau menyengat yang dihasilkan karena mereka sudah terbiasa dengan bau tersebut sehingga bangunan yang mereka tinggali juga tidak dimodifikasi untuk mengurangi bau masuk ke dalam rumah.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call