Abstract

<p>Tradisi komunal berbasis spiritual bukanlah hal yang baru dikenal. Teori ini telah lama dicetuskan oleh seorang Sosiolog bernama Emile Durkheim. Adapun bagaimana ritual ini dilakukan, setiap wilayah dengan tiap komunitasnya memiliki cara yang berbeda-beda. Salah satunya ritual komunal berbasis spiritual yang rutin dilaksanakan di wilayah lereng Gunung Kelud. Tradisi ini diberi nama Wage Keramat. Secara teknis, Wage Keramat hampir sama pelaksanaannya dengan Sedekah Bumi pada umumnya, namun selalu terdapat perbedaan ruh yang menjiwai para pelaksananya. Wage Keramat diselenggarakan sebagai wujud rasa syukur atas segala Rahmat dan Rezeki yang telah bumi berikan, juga sebagai satu tradisi antisipasif terhadap satu sumpah yang pernah diucapkan dalam legenda masyarakat setempat. Perlu kiranya membahas Wage Keramat melalui kacamata budaya, sosiologi serta antropologi. Perlu dikaji bagaimana korelasi wujud dari apa yang diucapkan oleh Emile Durkheim puluhan tahun yang lalu dengan realitas tradisi yang masih ada sampai saat ini</p><p><strong>Kata kunci ; <em>wage keramat, tradisi, totemisme</em></strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p> </p>

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call