Abstract

Penelitian ini menggunakan kajian sosiodialektologi. Kajian ini merupakan perpaduan dari sosiolinguistik dan dialektologi. Tujuan penelitian ini adalah (1) memerikan perbedaan variasi dialek bahasa Jawa di Kabupaten Kebumen pada tataran fonologi, morfologi, leksikon, dan tingkat tutur, (2) memetakan variasi dialek bahasa Jawa di Kabupaten Kebumen, (3) memerikan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut secara geografis dan sosiokultural. Penelitian ini berdasarkan pada tujuh TP yang memiliki variasi dialek bahasa Jawa. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, rekam, dan instrospeksi. Teknik wawancara dilakukan dengan cara menanyai informan berdasarkan daftar pertanyaan yang tersedia yang secara bersamaan diikuti teknik rekam. Teknik rekam juga digunakan untuk mengambil data tuturan aktual yang berguna untuk mendukung teknik wawancara. Selain itu teknik instrospeksi juga dilakukan mengingat Peneliti merupakan penutur asli BJKK. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah (1) Kabupaten Kebumen merupakan daerah pertemuan dua dialek bahasa Jawa, yaitu bahasa Jawa dialek Banyumas, disebut bahasa Jawa Ngapak dan bahasa Jawa dialek Yogyakarta, disebut bahasa Jawa Bandek. (2) Daerah-daerah yang dilalui jalan raya atau memiliki akses yang lebih mudah untuk berhubungan dengan daerah lain, lebih mudah menerima pengaruh bahasa Jawa Bandek, (3) Daerah yang sulit dijangkau atau tidak memiliki akses hubungan dengan daerah lain, seperti daerah pegunungan, lebih mempertahankan bahasanya, (4) Daerah yang setengah-setengah memiliki lebih banyak variasi. Disebut daerah setengah-setengah karena pada jaman dahulu pernah ada jalan tetapi kemudian tidak digunakan lagi dalam waktu yang lama, setelah mendapatkan pengaruh kemudian tertutup dari pengaruh selanjutnya sehingga mengalami variasi yang lain, (5) Masuknya pengaruh bahasa Jawa Bandek yaitu melalui leksikon, bukan melalui bunyi. Hal ini dikarenakan bunyi lebih sulit, (6) Perkembangan antara krama ngoko dengan leksikon memiliki cara yang berbeda. Perkembangan krama ngoko melalui bidang pendidikan dan jabatan-jabatan, seperti guru dan pamong desa, (7) Sebagian daerah BJKK, khususnya bagian barat Kabupaten Kebumen sudah memiliki bahasa krama ngapak, (8) BJKK memiliki tingkat tutur krama model a dan o, (9) Adanya perbedaan bahasa Jawa dialek bandek dan ngapak di bidang fonologi. This research is a sociodialectology research, i.e. the combination of dialectology and sociolinguistics. The aims of this research are (1) to describe the difference of the Javanese dialectal variety in Kebumen Regency in the field of phonology, morphology, lexicon, and speech level, (2) to map the Javanese dialectal variety in Kebumen Regency, (3) to describe the geographical and sociocultural factors causing these differences. This research is based on the seven observation areas in which the people speak some different Javanese dialect varieties. The data were taken through inteviewing, recording, and instrospection technique. The interview was conducted by asking the questionnaires, as the interview guide to the informants. The interviews were recorded. In addition, other data were collected through recording the actual utterances in which the items of the questionnaires are spoken. This is to support the data of the interviews. Finally, the introspection technique was also applied to complete the data because the researcher is the native speaker of BJKK. The conclusions of this research are (1) Kebumen Regency is a border or mixing of two Javanese dialects, (2) The regions that have easy acces are easier in getting the influence of Javanese Bandek, (3) The regions that are difficult to reach tend to defend the language, (4) The other regions have more varieties. The other regions mean that formerly these regions had acces to other regions, such as Yogyakarta and then closed for a long time, then the acces is re-opened. This condition makes these regions have a lot of varieties, (5) The influence of Bandek Javanese comes through lexicons, not the sound, because the sound is more difficult, (6) The development between krama ngoko speech level and lexicons is different. The development of Krama-ngoko speech level is gained through education and occupation, such as teachers and village administrators, (7) Some regions have Krama-Ngapak Javanese speech level, (8) BJKK has [a] and [o] speech level models, (9) There is a phonological difference between Bandek Javanese and Ngapak Javanese.

Full Text
Paper version not known

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.