Tribalisme, Oligarki Kekuasaan dan Dinamika Politik Kekerabatan Dalam Jaringan Pondok Pesantren

Nurul Azizah

doi:10.33752/tjiss.v2i1.2211

Abstract

Religious elites have an important role in the democratic system in Indonesia. The involvement of chairmen of Islamic boarding schools (pondok pesantren) in local elections in the context of local dynamics has spawned a network of oligarchic power and dynastic politics. There is an assumption that the participation of the elite of Islamic boarding schools in local politics is considered to be inevitable to the democratic process with the spread of corruption cases, and political nepotism. Actors in dynastic politics use famous figures from the pesantren’s family as a political tool to gain power. Power relations and patron-client relationships in Islamic boarding schools provide great benefits to ensure a candidate is elected in a local election. The purpose of this paper is to analyze the relation between power, oligarchy, and the politics of kinship of the elite boarding school in the dynamics of local politics. This article shows that dynastic politics undermined the pillars of Indonesian democracy. Factors that cause oligarchy in pondok pesantren are populism, power network, and tribalism. These factors are inseparable from the influence of patronage, the power of local elites, and the effort of the elite to build dynastic politics. This article suggests that religious elites within the circle of political dynasties are expected to work professionally, not merely using the pesantren family.

Highlights

Pendahuluan Oligarki kekuasaan dan politik dinasti merupakan fenomena pemilihan kepala daerah langsung pasca reformasi
Religious elites have an important role in the democratic system in Indonesia
in local elections in the context of local dynamics has spawned a network of oligarchic power

Summary

Hasil dan Pembahasan

Fenomena oligarki kekuasaan Elit Pesantren Pesantren hingga saat ini tetap bertahan dan mengikuti perkembangan zaman, adaptif selalu dinamis dengan dunia modern.[10]. Nama besar nyai Hj. Munjidah Wahab menjadi salah satu bukti bahwa beliau memiliki pengaruh sangat kuat terhadap keterpilihan anak anak kandung dan menantunya menjadi anggota legislative dari DPRD Kabupaten, DPRD Provinsi Jawa Timur hingga Anggota DPR/MPR RI.Kemenangan Munjidah wahab sebagai Bupati memberikan manfaat yang luas bagi keluarganya. Seperti yang dijelaskan Mendoza dan Venida bahwa politik kekeluargan sebagai bagian dari jaringan yang lebih besar, dan jaringan tersebut mampu menyatukan jaringan yang ada sebelumnya sehingga terbentuk menjadi mekanisme kekuasaan baru dan mempertahankan kekuasaan itu.[13] Meningkatnya relasi patron – klien dan eksistensi elit pondok pesantren dalam membangun jaringan kekuasaan oligarki pada dinasti politik, upaya memanfaatkan cultural capital meraih kemenangan.[14] Dengan membawa nama besar keluarga seperti KH. Seperti yang dikatakan oleh Fatimatus Zahra anggota DPRD kabupaten Jombang periode 2019-2024; Berdasarkan hasil wawancara diatas terlihat dengan jelas bahwa ada power elit dalam konteks dinamika kekuasaan lokal untuk membangun jaringan politik.

Dominasi Elit Agama Memobilisasi Gerakan Massa

Politik Tentang Kelas Elite Kekuasaan Charles Wright Mills and the