Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena rapuhnya konsep identitas etnis dalam masyarakat multikultural. Identitas bukan sebatas menunjuk pada sesuatu yang melekat secara permanen pada individu, tetapi juga pada sesuatu yang terus mengalami perkembangan dan transformasi melalui dasar keyakinan (reiligi). Identitas etnis memang seringkali dikaitkan dengan perbedaan ras, agama, tanah kelahiran, dan latar belakang historis. Perbedaan ini, meskipun demikian, tidak menjadi sesuatu yang dipermasalahkan ketika individu berpindah agama ke Islam. Konversi agama lain ke Islam sebagai konsekuensinya mempengaruhi sejauhmana seseorang diakui sebagai bagian dari etnis tertentu. Studi ini dilakukan pada etnis Dayak, Melayu dan Tionghoa di Pontianak, Kalimantan Barat dengan pengumpulan informasi melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil studi menunjukkan bahwa latar belakang etnis cenderung tidak berperan dalam praktik interaksi sosial yang bersifat multilateral. Dalam konteks ini, kelompok-kelompok etnis beserta anggotanya, justru lebih mudah dipersatukan oleh kesamaan etnis-keagamaan (etno-religius) dibandingkan faktor-faktor lainnya. Disinilah siklus etnisitas telah kembali pada fase klasik dimana pembentukan etnis tidak hanya ditentukan oleh latar belakang historis, wilayah, dan pertalian darah melainkan juga agama.

Full Text
Paper version not known

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.