Abstract

<em>The existence of Wayang Kulit is a traditional Javanese art in particular, which is closely related to the levels of human life or life cycle. Humans in their lives can be bound by norms or value systems adopted by their people. The norms that still apply in Javanese society include ruwatan ceremonies that contain elements of human salvation or cleansing from existing sins and calamities. Some people who belong to sukerta (dirty, sinful) according to Javanese beliefs must be renewed. Because if it is not renewed it will be the prey of Batara Kala. So through ruwatan by performing wayang kulit, the Murwakala story and the reading of ruwatan mantras, the Javanese people believe that they will not be afraid and unlucky in their future lives.</em>

Highlights

  • which is closely related to the levels of human life or life cycle

  • Humans in their lives can be bound by norms or value systems adopted by

  • The norms that still apply in Javanese society include ruwatan ceremonies that contain elements of human salvation or cleansing

Read more

Summary

Pendahuluan

Keberadaan wayang bagi masyarakat Jawa adalah merupakan sesuatu hal yang Sudah menjadi Tradisi budayanya. Hal tersebut disesuaikan dengan keperluan jamannya, maka dalam penyajian wayang biasanya menampilkan cerita yang dapat memberikan berkat atau mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan hidup manusia. Bersamaan dengan perkembangan jaman seperti sekarang yang ditandai adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang serba mutakhir, serta pemikiran yang rasionalis, logis, namun dikalangan masyarakat Jawa kebiasaan dan keyakinan pembersihan dosa bagi orang yang nandang sukerta masih sering dilakukan. Pada upacara tersebut masyarakat Jawa biasa menyelenggarakan pergelaran wayang kulit dengan cerita ‘Murwakala” ditambah dengan pembacaan mantra-mantra tertentu khususnya mantra untuk ruwatan oleh sang dalang. Namun selaras dengan perkembangan jaman tersebut pergelaran wayang kulit dengan lakon Murwakala tentunya juga mengalami perubahan berdasarkan kondisi, kebiasaan dan kepercayaan, serta teknik penyajiannya yang dilandasi kecerdasan sang dalangnya serta pendukung

Permasalahan
Upacara Ruwatan
Sumber Sastra Tentang Ruwatan
48. Orang yang senang membakar kayu pohon ‘kelor’
Adegan dalam Lakon Murwakala
Mantram dalam Upacara Ruwatan
Penutup
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call