Abstract

Khazanah hisab waktu salat Maghrib dalam kajian ilmu falak memiliki variasi kriteria dalam penentuan ketinggian Matahari, yaitu: pembulatan angka -1°; dan penggunaan daripada rumus ketinggian Matahari, yaitu: -(kerendahan ufuk + semidiameter + refraksi). Penelitian ini membahas tentang implementasi kedua kriteria tersebut ke dalam hisab waktu salat pada Masjid Agung Kota/Kabupaten. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan, yaitu: hasil uji akurasi hisab waktu salat kriteria ho = -1 ° lebih lambat pada waktu Maghrib jika input ketinggian yaitu di bawah 33 mdpl. Kemudian hasil hisab waktu salat kriteria ho = -1 ° memilki hasil waktu Maghrib yang sama dengan hisab kriteria ho = - (ku+ref+sd) ketika input ketinggian yaitu 33 mdpl. Dan hasil hisab waktu salat kriteria ho = -1 ° lebih cepat pada waktu Maghrib yaitu di atas 33 mdpl. Sedangkan batas toleransi perbedaan sebesar 1 menit yaitu mencapai ketinggian 201 mdpl artinya sejumlah 82,14971 % dari total Masjid Agung Kota masih aman. Di Indonesia, ketinggian Masjid Agung Kota di atas 201 mdpl atau selisihnya lebih dari 1 menit sejumlah 17,850287% artinya masih belum aman menggunakan hisab awal waktu salat kriteria ho = -1° dan diperlukan penambahan koreksi - (ku+ref+sd).

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call