Abstract

This article aims at constructing a theology of business starting from the Chinese principle of relationship which is known as guanxi. Many have seen the role of guanxi in the process of China’s economic growth. Guanxi plays a philosophical role not only in economic life, but also in social as well as cultural ones. Using Robert Schreiter’s method of intercultural theology, this study finds that the philosophical concept of guanxi offers values compatible with a Christian theology of relationship. Interacting the two resources would provide a strong basis for constructing a theology of business.

Highlights

  • This article aims at constructing a theology of business starting from the Chinese principle of relationship which is known as guanxi

  • Dalam buku From Strong Guanxi to Weak Guanxi: Connectivity in Chinese Micro-Charity, Lin dan Huang mengungkapkan tindakan amal atau belas kasihan kepada sesama manusia terjadi karena adanya relasi yang kuat antara sang dermawan dan penerima donasi

  • Seperti yang diungkapkan oleh Yin Fan, korupsi dan kolusi menjadi ancaman dalam praktik guanxi

Read more

Summary

Pengertian dan Faktor Pembentuk Guanxi

Secara umum guanxi dapat diterjemahkan sebagai koneksi pribadi, hubungan, atau jaringan, yang merupakan aspek sentral dalam masyarakat Tiongkok. Xi juga merujuk pada pengembangan makna dari hubungan dalam garis keturunan dan tindakan yang melibatkan anggota keluarga secara bersamasama. Istilah tersebut menjelaskan suatu keadaan subkelas dari masyarakat Tiongkok dalam berhubungan antara satu dengan yang lain untuk melakukan berbagai kegiatan dalam berbisnis. Namun Langenberg yang merujuk pada Yang mengatakan bahwa sekali seseorang memiliki guanxi dengan orang lain; entah itu suami, anak, teman, atau siapa saja, berarti secara pribadi orang tersebut sudah membuat suatu hubungan sosial. Bagi masyarakat asli (kaum pribumi) Tiongkok, guanxi juga dipahami sebagai suatu hubungan dua orang atau lebih yang saling tertarik dan saling menguntungkan kedua belah pihak (Gold dkk., 2002: 2). Yadong Luo (2007: 22-24) menyebutkan setidaknya ada enam faktor yang membentuk guanxi, yaitu: (i) faktor lokalitas atau dialek bahasa, di mana para imirgan dari Tiongkok di suatu tempat atau negara yang tidak memiliki hubungan keluarga namun memiliki dialek bahasa yang sama, maka mereka akan membangun guanxi di negara tersebut; (ii) faktor keluarga fiktif, guanxi dapat terbentuk di kalangan masyarakat Tionghoa yang memiliki marga yang sama; (iii) faktor keluarga, guanxi dapat terbentuk dengan alami karena hubungan darah atau kerabat; (iv) faktor pekerjaan, kendati bukan satu marga, dialek tidak sama, dan tidak ada hubungan keluarga, namun karena hubungan sudah tergabung sekian lama dalam suatu perusahaan atau tempat kerja, maka guanxi pun dapat terjadi (pemilik perusahaan dan karyawan, ataupun antar sesama karyawan dapat memiliki guanxi di dalam lingkup perusahaan); (v) faktor asosiasi perdagangan dan sosial, dalam konteks ini produsen, distributor, pengecer, bidang finance, dan konsumen terasosiasi dalam hubungan yang intens, sehingga terbangun suatu guanxi; (vi) faktor persahabatan, guanxi memungkinkan pertemanan yang baik antar sesama etnis, lintas etnis, dan dalam tingkatan sosial yang beragam

Sejarah Perkembangan Filosofi Guanxi
Manfaat Guanxi
Beberapa Tipe dan Aspek Negatif dari Guanxi
Membangun Teologi
Kesamaan Makna antara Guanxi dan Perichoresis
Konsep Keluarga Allah
Konsep Komunitas dalam Kehidupan Jemaat Mula-Mula
Citra Allah sebagai Pemelihara Ciptaan bersama Manusia
Konsep Teologi sebagai Penyedia Alternatif dalam Komunitas
Findings
Guanxi dan Etika Kristen
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call