Abstract

Macapat song is an ancestral heritage that contains life guidance for the Javanese. Each lyric or cakepan of the Macapat song has a deep meaning. However, for Sedulur Sikep Sukolilo Pati, the macapat song was used as a social criticism of the plan to build a cement factory in the Kendeng Utara mountains. Cakepan macapat song is adapted to the social criticism that is to be conveyed through the song. This research uses literary criticism studies (expressive criticism) with a descriptive analysis approach. The research data is in the form of cakepan tembang macapat. Sources of research data, namely Sedulur Sikep figures and social media. Methods of data collection using observation, interviews, and documentation. Data analysis using data reduction techniques, data presentation, and data verification. The results showed that the social criticism used by Sedulur Sikep through the macapat song consisted of five Pangkur songs and one Dhandhanggula song. The social criticisms include, 1) farmers land planted with cement factories, 2) justice must be upheld, 3) casualties caused by miners, 4) the government torments farmers, 5) the earth begins to prosecute nature destroyers, 6) commemoration of earth day is useless. 
 Keywords: macapat song, social criticism, Sedulur Sikep, cement industry, Kendeng mountains.

Highlights

  • PENDAHULUAN Tembang macapat merupakan salah satu karya sastra Jawa yang berbentuk puisi Jawa tradisional

  • For Sedulur Sikep Sukolilo Pati, the macapat song was used as a social criticism of the plan to build a cement factory in the Kendeng Utara mountains

  • Cakepan macapat song is adapted to the social criticism that is to be conveyed through the song

Read more

Summary

Kritik Sosial

Tembang Pangkur Hari bumi kang katelah, (Hari bumi yang dikenal) Bebarengan sami dipun pengeti, (Diperingati bersama-sama) Nanging tanpa guna tuhu, (Tetapi tiada gunanya) Lamun bumi dirusak, (Bila bumi dirusak terus) Dikeduk ditambang dadi amblong jungkruk, (Ditambang sampai menjadi jurang longsor) Tetep setya kaelikna,. Peringatan hari bumi sepertinya tidak ada gunanya ketika pegunungan Kendeng Pati masih ditambangi. Tembang Pangkur tersebut diciptakan bebarengan dengan peringatan hari bumi pada tanggal 22 April 2020. Bagi Sedulur Sikep adanya hari bumi atau tidak mereka tetap terus setia mengingatkan kepada para penambang untuk segera sadar akan perbuatan yang dilakukan. Justru yang diharapkan oleh Sedulur Sikep, yaitu ulur tangan para pemimpin dengan kebijakan yang dilakukan untuk menyelamatkan bumi, khususnya pegunungan Kendeng yang semakin hari semakin memprihatinkan kondisinya. SIMPULAN Kritik sosial melalui tembang macapat berlatar belakang penolakan yang dilakukan Sedulur Sikep terhadap ekspansi industri semen di pegunungan Kendeng Pati mulai tahun 2006 sampai sekarang (2020). Gerakan Sosial Masyarakat Pegunungan Kendeng Utara Melawan Pembangunan Pabrik Semen Di Kabupaten Rembang.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call