Abstract

The article tries to elaborate the linguistic interpretation of the Qur'an in the Ma'anil Qur'an written by al-Farra'. The book is considered as the first codified book of qur'anic interpretation. By using historical approach and critical-analitical method, the writer concludes that the book Ma'anil Qur'an is one of quranic interpretation colored by linguistic perspective, because al-Farra', as a writer, was well known as linguist from Kufa, aspecially in arabic grammar (Nahwu) after al-Kisai. Al-Farra' did not only interprete quranic verses to disclose the hidden meanings, but also made the interpretation of the Qur'an (tafsir) to justify and support the theory of Kufah's Nahwu.

Highlights

  • Abstrak Artikel ini menguraikan penafsiran linguistik dalam kitab Ma’a>ni al-Qur’a>n karya al-Farra’

  • The article elaborates the linguistic interpretation of the Qur'an in the Ma'a

  • the writer concludes that the book Ma'a

Read more

Summary

Tafsir Linguistik

Ketika Nabi Saw masih hidup, para sahabat dapat langsung bertanya kepada Rasulullah, bila mereka tidak mengetahui maksud suatu ayat. Lalu Nabi Saw menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-z}ulm (kezhaliman) di dalam ayat tersebut adalah al-syirk (menyekutukan Allah) dengan mendasarkan pada firman Allah Q.S. Luqman [31]: 13.8 Contoh-contoh penafsiran Nabi Saw tersebut di atas sesungguhnya mencerminkan corak tafsir linguistik, dalam arti bahwa secara semantis beliau menjelaskan makna kosa kata tertentu dalam al-Qur’an yang belum dimengerti, sehingga menjadi lebih jelas pengertiannya. Sedemikian pentingnya analisis kebahasaan dalam memahami al-Qur’an dan menjadi prasyarat awal, maka kemudian lahir kitab-kitab tafsir linguistik yang diawali dengan menafsirkan kata-kata yang asing (gari>b), aspek sintaksis dan morfologi seperti kitab Ma\‘a>nil Qur’a>n, karya al-Farrâ’ Harus penulis tegaskan bahwa analisis kebahasaan saja (mujarrad al-tah}li>l al-lug}awi>) tidak cukup untuk memahami atau menafsirkan al-Qur’an secara baik, sebab di sana ada perangkat metodologi lain yang mesti dipertimbangkan, seperti aspek asba>b nuzu>l, na>sikh mansu>kh, al-makki>-al-madani> dan bahkan konteks sosio-kultural Arab ketika itu. Setiap ayat atau hadis yang menyalahi pendapat madzab atau kelompok kami, maka ia harus ditakwil (agar cocok dengan madzab kami), (kalau setelah ditakwil ternyata masih belum sesuai dengan madzab kami), maka harus dinaskh (dihapus)

Tinjauan Ontologis
Sumber Penafsiran
Metode Penafsiran
DAFTAR PUSTAKA

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.