Abstract

Perdebatan antara penggunaan akal (bi ar-ra`yi) dan penggunaan riwayat (bi al-ma`ṡūr) dalam studi al-Qur`an ternyata tidak mampu mengarahkan pemikir Islam kontemporer untuk menemukan metodologi tafsir yang bisa dipertanggungjawabkan. Perdebatan keduanya justru membawa pemikiran Islam jumud dan berkutat pada pertarungan idiologi antar kelompok yang semakin menjauhkan umat dari petunjuk al-Qur`an. Artikel ini membahas tentang pemikiran Paul Recoeur dan Muhammad Syahrur dalam studi al-Qur`an, khususnya tentang isu subyektifitas dan obyektifitas. Paul Ricoeur berpendapat bahwa penafsir tidak perlu terjebak dalam subyektifitas, karena teks memiliki makna obyektif dalam struktur internalnya. Dengan cara itu penafsiran selain akan menemukan makna obyektif teks, juga akan menemukan cakrawala dunia yang di arah oleh teks. Sehingga penafsir meleburkan diri dalam dunia teks dan tidak terjebak dalam kejumudan dan kungkungan masa lalu. Hal itu dipertegas oleh Syahrur bahwa kembali kepada al-Qur`an tidak berarti kembali ke masa lalu. Menafsirkan al-Qur`an adalah menggali pandangan hidup al-Qur`an atau makna dari totalitas struktur al-Qur`an. Makna al-Qur`an juga memberikan acuan kepada dunia kontemporer.

Full Text
Paper version not known

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.