Abstract

Abstrak. Jumlah entrepreneur Indonesia masih 3.1% dari total penduduk. Padahal di negara maju minimal 14% penduduknya entrepreneur. Untuk itu, pemerintah melalui berbagai program berupaya keras mempercepat pengembangannya. Salah satu diantaranya adalah melalui Program Pengembangan Kewirausahaan (PPK) yang dilaksanakan di beberapa Perguruan Tinggi, termasuk Universitas Negeri Surabaya (unesa). Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendiskripsikan pengalaman praktis Unesa melaksanakan PPK yang meliputi: 1) strategi yang tepat dalam mengembangkan technopreneur; 2) Technopreneursh baru yang berhasil dikembangkan; dan 3) Terbentuknya Inkubator wirausaha baru. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan PPK ini adalah metode PALS (Participatory Action Learning System) yang mencakup tiga fase yaitu : 1) awareness); 2) capaciting, dan scaffolding entrepreneurship capacity building, dan (3) institutionalization. Hasil pelaksanaan PPK menunjukkan ; 1) ditemukan strategi baru dalam mengembangkan technopreneur; 2) Sepuluh (10) tenant menjadi technopreneur baru; dan 3) Terbentuknya Pusat Inkubator wirausaha baru di kampus Ketintang. Program PPK ini terlaksana 100% sesuai target. Diucapkan banyak terimakasih kepada DRPM (Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat) yang telah berkenan membiayai pelaksanaan program ini.

Full Text
Paper version not known

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call