Abstract

Sekolah-sekolah berbasis inklusi di Kota Bengkulu kesulitan mencari guru laki-laki. Hal ini berkaitan dengan stretype masyarakat bahwa perempuan lebih sabar, lebih telaten dan lebih tepat dalam mengasuh dan merawat anak inklusi. Pandangan ini berdampak pada pihak sekolah kesulitan dalam menerapkan pembelajaran pendidikan seksual pada anak berkebutuhan khusus yang beranjak remaja. Anak-anak ini secara kognitif terbatas, tetapi perkembangan seksual dan emosinya setara dengan anak reguler. Metodologi penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif dengan menggunakan 3 tahap koding yaitu open koding, axial koding dan selektif koding. Hasil penelitain menunjukkan adanya sterotupe negatif dari masyarakat dan orangtua calns siwa mengenai sekolah inklusi serta tidak adanya guru pendamping berjenis kelamin laki-laki.

Full Text
Paper version not known

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.