Abstract

Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak sangat mempengaruhi kesehatan yang akan berdampak pada penurunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan berkualitas. Pelayanan kesehatan bagi korban kekerasan pada anak dilakukan melalui pelayanan di tingkat dasar yaitu di Puskesmas. Keterbatasan petugas puskesmas dalam mengungkap wilayah yang memiliki potensial terjadi kekerasan dikarenakan ketidakmampuan kader dalam menyampaiakan kasus yang terjadi diwilah sekitar. Kader sebagai tangan panjang petugas puskesmas pun tidak tidak berperan dalam proses identifikasi kasus kekerasan pada anak. Kader menganggap hal tersebut adalah wilayah domenstik masing masing keluarga. Jenis penelitian ini adalah peneltian Observasional dengan rancangan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel yang digunakan 210 responden dengan menggunakan konsekutif sampling. Simpulan dari hasil peneltiian ini adalah 50% kader bersikap positf dan 50% bersikap negative. Hasil distribusi frekuensi menunjukkan sikap kader yang positif pada kader yang memiliki pendidikan tinggi, tidak bekerja dan memiliki pengalaman baik lansung maupun tidak langsung terhadap kasus kekerasan pada anak.Kader diharap meningkatkan pengetahuan dan pihak puskesmas meningkatkan sosialisasi terkait kasus kekerasan pada anak

Full Text
Paper version not known

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call