Abstract

The Catholic Church provides occasions for funeral rites so as to illuminate the death of the faithful within the paschal mystery of Christ. The Church administers the funeral and offers prayers for its departing members to escort them to the afterlife. Funeral ceremonies are held to comfort the bereaved family, but also to strengthen the faith of the people. Therefore, the funeral ceremony could be seen as a pastoral means to foster the faith of the believers and at the same time to evangelise the gospel. Inculturation could be seen as a process to help the faithful experience God’s saving presence in the liturgy from their respective cultures. In this article, the author views the funeral of the faithful as an entrance for inculturation, bringing Christian liturgy towards the local culture, which in this paper is the Javanese culture, and vice versa. The Javanese culture has its own philosophy in escorting the departing souls through its rituals. This article attempts to integrate what has been a ritual of death in the Javanese culture, i. e. brobosan, which shows a gesture of giving respect to the departed, in the Catholic funeral liturgy, particularly in the last part of the rite.

Highlights

  • Menolak kematian berarti melawan hukum kehidupan dan hukum alam

  • offers prayers for its departing members to escort them to the afterlife

  • pastoral means to foster the faith of the believers

Read more

Summary

Komparasi Editio Typica dan Ritual Brobosan

Dalam ET (editio typica) dimungkinkan adanya penghormatan terakhir kepada jenazah sebelum diberangkatkan ke makam setelah liturgi Ekaristi selesai. Saya melihat adanya kesempatan untuk dapat memasukkan dan memadukan apa yang secara kultural ada dalam masyarakat Jawa tentang kematian dengan apa yang ada dan terbuka dalam liturgi kematian kristiani. Dalam ET (editio typica) dimungkinkan adanya penghormatan terakhir kepada jenazah sebelum diberangkatkan ke makam setelah liturgi Ekaristi selesai.. Saya melihat adanya kesempatan untuk dapat memasukkan dan memadukan apa yang secara kultural ada dalam masyarakat Jawa tentang kematian dengan apa yang ada dan terbuka dalam liturgi kematian kristiani. Dalam praktik brobosan yang sebenarnya sangat singkat itu, saya menilai bahwa apa yang dipraktikan itu dapat diangkat dan diberi nilai kristiani, mengingat bahwa nilai yang terkandung di dalamnya pun sama, yakni untuk menghormati dan mendoakan orang (tua) yang telah meninggal. Hal ini dapat diakomodasi dalam liturgi pemakaman kristiani terutama dalam kaitannya dengan kultur Jawa. Berikut ini saya mencoba mengidentifikasi beberapa hal yang bisa ditemukan berkaitan dengan perbedaan dan persamaan antara ET dan ritual brobosan.

Kultur Brobosan
Persamaan Kultur Brobosan
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call