Abstract

Abstrak: Penelitian mengindikasikan bahwa taeniasis dan cysticocircosis endemis di Bali (prevalensi 0,4-23,0%) dengan kencenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian sebelumnya di Kabupaten Gianyar menyatakan bahwa prevalensi taeniasis sebesar 23,8%, dimana prevalensi tertinggi ditemukan di Sukawati. Tingginya prevalensi ini dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan budaya mengkonsumsi daging sapi mentah di kawasan ini. Penelitian ini menggunakan kombinasi antara metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dikumpulkan melalui analisa cross-sectional pada 80 sampel dari konsumen daging sapi mentah (wawancara pada perilaku beresiko dan pengalaman sebelumnya). Sampel feses dari responden juga diambil dan diperiksa untuk mengetahui angka kejadian taeniasis saginata. Data kualitatif dikumpulkan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan pemilik warung daging sapi mentah. Ditemukan bahwa persentase infeksi taeniasis saginata sebagian besar pada kelompok umur 15-44 tahun, jenis kelamin laki-laki dan tidak mengenyam pendidikan formal. Dari analisa bivariat diperoleh bahwa faktor-faktor yang paling berpengaruh adalah jenis kelamin (p=0,018), lokasi warung (p=0,001), dan frekuensi dari konsumsi daging sapi mentah oleh responden (p=0,013). Analisa multivariat menggunakan cox regression dinemukan bahwa lokasi warung memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian taenisis saginata (p=0,003). Saran-saran yang bisa direkomendasikan termasuk pendidikan bagi pedagang daging sapi mentah, meningkatkan tes bagi konsumen dan penelitian lebih lanjut pada variabel-variabel lainnya seperti perilaku pemotongan ternak dan standar/prosedur pengolahan daging.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call