Abstract

ABSTRAKKota Semarang merupakan kota dengan angka kasus HIV dan AIDS tertinggi di Jawa Tengah. Dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi orang dengan HIV dan AIDS (ODHA), terdapat tiga rumah sakit yang aktif memberikan layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) yang ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan bagi ODHA di Kota Semarang. Salah satu hambatan dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang membuat ODHA enggan untuk berobat atau mengakses layanan kesehatan dan dukungan sosial yang semestinya dapat mereka peroleh adalah mereka takut akan mendapatkan stigma dan diskriminasi di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut beberapa hasil penelitian yang pernah ada menunjukkan bahwa masih ada stigma dan diskriminasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan termasuk dokter. Penelitian ini bertujuan mengetahui praktik dokter dalam pemberian pelayanan kesehatan pada pasien HIV dan AIDS di Rumah Sakit Rujukan di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam pada 13 dokter sebagai informan primer dan triangulasi kepada ketua tim HIV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik sebagian besar dokter baik, yaitu tidak melakukan pembedaan perlakuan atau tidak mendiskriminasi saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien HIV dan AIDS. Namun, masih ada sebagian kecil dokter yang berpraktik kurang baik yaitu diskriminatif ketika memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien HIV dan AIDS yaitu dengan penggunaan APD yang dilebihkan daripada saat menangani pasien bukan ODHA, seperti penggunaan sarung tangan double. Sebagian besar dokter memiliki pengetahuan yang baik dan sikap positif terhadap pasien HIV dan AIDS. Namun, masih ada sebagian kecil dokter yang memiliki pemahaman HIV dan AIDS yang kurang baik.Kata kunci : Praktik dokter, pasien HIV dan AIDS, rumah sakit ABSTRACTDoctors Practice in Providing Health Care for HIV And AIDS Patients In Semarang Referral HospitalSemarang City had a highest cases of HIV and AIDS in Central Java. In order to provide health care service for People with HIV and AIDS (PLWHA), three from the five designated hospitals were actively providing Care, Support and Treatment (CST) as a referral hospital for PLWHA in Semarang City. HIV-related discrimination is one of the barrier in the response to HIV and AIDS that influenced PLWHA to seek HIV treatment and lost of HIV treatment because they were afraid of getting stigma and discrimination in health care facilities. Some research have indicated that there were stigma and discrimination by health workers, including doctors. This study aims to find out doctors practices in providing health care to patients with HIV and AIDS in a referral hospital in Semarang City. This study used qualitative methods. The data collecting used indepth interview. The data was collected from 13 doctors as a primary informants and triangulation with 3 HIV team leader. The results showed that the majority of doctors practice was good, they did not discriminate when providing care or treatment to patients with HIV and AIDS. However, there were still a some doctors who discriminate when providing care for patients with HIV and AIDS such as the use of Personal Protective Equipment (PPE) was more strictly when dealing with patients of PLWHA like using double gloves. Most doctors have a good knowledge and positive attitudes towards HIV and AIDS. However, there were some doctors who has less understanding of HIV and AIDS.Keywords : doctor practice, HIV and AIDS patients, hospitals

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call