Abstract

Artikel ini membahas perbedaan politik antara Al Azhar dan Ikhwan Al Muslimin dalam menyikapi kudeta terhadap Presiden Mohammed Morsi pada 3 Juli 2013. Sangat menarik untuk diamati, Al Azhar sebagai salah satu lembaga keagamaan paling berpengaruh di dunia Islam pada umumnya dan Mesir pada khususnya, mendukung kudeta militer yang dipimpin oleh Jenderal Abdul Fattah Al Sisi terhadap Morsi, presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis dan juga dipromosikan oleh gerakan Islam terbesar di abad ke-21, yaitu Ikhwan Al Muslimin. Belum ada penelitian yang secara khusus membahas perbedaan antara kedua lembaga ini dalam menyikapi kudeta terhadap presiden Mursi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bernama penjelasan kausal yang berupaya menjelaskan penyebab fenomena yang diamati. Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten yang dilakukan terhadap berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dalam bentuk literatur dan wawancara. Artikel ini menemukan bahwa baik Al Azhar maupun Ikhwan Al Muslimin memiliki perbedaan pandangan yang signifikan tentang politik walaupun secara historis keduanya juga memiliki hubungan yang erat dalam mengembangkan kegiatan keagamaan di Mesir. Institusi Al-Azhar dalam konteks ini kehilangan independensi yang mendorong keterlibatannya dalam konflik antara negara dan Ikhwan Al Muslimin. Secara umum, hubungan politik di antara kedua institusi itu sangat ditentukan oleh hubungan antara IM dan rezim penguasa.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call