Abstract

Subak is a farmer organization that regulates the irrigation system for rice cultivation in Bali. The research examines the behavior (knowledge, attitudes, skills) of subak members within the framework of the Hindu religious philosophy of Tri Hita Karana, three forms of harmony, namely spiritual, social, and environmental. The case study was conducted in Subak Aseman III, Selemadeg Timur District, Tabanan Regency. This study applies a qualitative method with data collection techniques by observation, interviews, and literature review. The results showed that the behavior of farmers in mastering knowledge was obtained both formally and informally. Farmers are selective in accepting various technological innovations. In implementing the values ??of Tri Hita Karana, subak members carry out rituals on auspicious days to pray for a better harvest result, maintain social harmony through collective decision making, and preserve the environment. This spirit in implementing the Tri Hita Karana philosophy is in line with the spirit to realize sustainable agriculture.

Highlights

  • Subak merupakan organisasi petani dalam satu wilayah yang mempunyai tujuan khusus dalam mengendalikan dan pengaturan pemanfaatan air di lahan sawah yang digunakan dalam usahatani padi di Bali (Budiasa, 2010)

  • The results showed that the behavior of farmers in mastering knowledge was obtained both formally and informally

  • Penerapan konsep parhyangan dilakukan dengan melaksanakan ritual subak dari mengolah lahan hingga ritual pada saat panen, pawongan dilakukan dengan rapat antara anggota Subak Aseman III dan palemahan di Subak Aseman III dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan subak dengan menggunakan pupuk organik pada usaha tani dan memanfaatkan limbah usahatani untuk pakan ternak sebagai bentuk saling menguntungkan antara petani, tanaman dan ternak dalam menciptakan hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan

Read more

Summary

Pendahuluan

Subak merupakan organisasi petani dalam satu wilayah yang mempunyai tujuan khusus dalam mengendalikan dan pengaturan pemanfaatan air di lahan sawah yang digunakan dalam usahatani padi di Bali (Budiasa, 2010). Anggota subak sangat memperhatikan pola tanam terutama mulai menanam padi hal ini terkait dengan ketersediaan air pada musim hujan dan kepercayaan terhadap hari baik yang ditentukan dari perhitungan pawukuan atau wariga untuk menghindari ganguan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi. Wariga digunakan sebagai pedoman bercocok tanam kecenderungan berkaitan dengan musim, pada konsep wariga yang diterapkan pada Subak Aseman III dilakukan mulai dari menentukan hari baik untuk bercocok tanam padi di lahan sawah, mulai mewinih, memulai menanam padi, hingga mulai panen dan pelaksanaan ritual yang berhubungan dengan usaha tani di lahan sawah (Foto 1). 4.3 Pedoman Perilaku dalam Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan Perilaku anggota subak tidak terlepas dari karakter petani itu sendiri, untuk menyamakan pemahaman, kemampuan dan tindakan maka dilakukan berbagai upaya diskusi, forum, rapat dalam bentuk formal maupun informal, Subak sebagai organisasi sosial mempunyai hak otonomi dalam mengatur anggotanya dengan pedoman awig-awing yang berlaku pada masing masing subak. Terlihat sikap petani dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan dapat dilihat pada Tabel 2

Menghayati
Adaptasi
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call