Abstract

Religious plurality has been a challenge in building tolerance and religious harmony in Indonesia. But people has a way to maintain social integration, among which is the tradition of halal bihalal on Eid Mubarak momentum. In Java, it can strengthen good relations between individuals and even among different religions, as shown by Muslims and Christians in Gendingan, Yogyakarta. This study aimed at revealing how the halal bihalal phenomonon across religions in Gendingan could serve as a driving force for religious tolerance and social identity of the people. The study used a qualitative approach in which data were collected through interviews, observation, and documentation. The findings of this study indicated that interfaith halal bihalal as the public consensus in Gendingan, Yogyakarta is constructed in promoting tolerance values between religious believers and breaking down social identity barriers that are restricted by religious identity. In social life where there is a plurality of religions, interfaith halal bihalal is capable of encouraging greater acceptance of social identity than religious identity, namely a shared social identity as a member of Gendingan village. A strong social identity as citizens has beaten the different of religious identity in building an attitude of religious tolerance and harmony.

Highlights

  • Religious plurality has been a challenge in building tolerance and religious harmony in Indonesia

  • The findings of this study indicated that interfaith halal bihalal as the public consensus in Gendingan, Yogyakarta is constructed in promoting tolerance values between religious believers and breaking down social identity barriers that are restricted by religious identity

  • Jurnal Studi Al-Qur’an.” Jurnal Studi AlQur’an 14 (2): 29–51

Read more

Summary

Latar Belakang

Indonesia dengan keragaman budaya dan pluralitas agama memiliki tantangan dalam menjaga kerukunan umat beragama. Data dinamika toleransi beragama juga ditunjukkan oleh Wahid Foundation yang mencatat peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan pada tahun 2016 tercatat 204 peristiwa dengan 315 tindakan. Namun berbeda dengan halalbihalal yang umumnya hanya dilaksanakan internal umat Islam, di Kampung Gendingan ini halalbihalal dilakukan seluruh warga tidak hanya yang muslim. Kegiatan bersama tersebut menjadi halalbihalal lintas agama karena dalam praktiknya, acara ini berisikan kegiatan silaturahmi yang dilakukan antara warga muslim dengan warga non-muslim di kampung tersebut. Tradisi halalbihalal lintas agama ini menjadi perekat sosial masyarakat Kampung Gendingan yang berbeda-beda agama. Namun halalbihalal yang pada umumnya menjadi bagian dari perayaan Idulfitri umat Islam di Kampung Gendingan menjadi kegiatan bersama warga yang berbeda-beda agama. Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana proses konstruksi identitas sosial melalui tradisi halalbihalal lintas agama di Kampung Gendingan, Yogyakarta sehingga mampu menumbuhkan sikap toleransi di masyarakat yang plural. Kajian ini dapat menjadi best practice bagi upaya penguatan toleransi dan kerukunan umat beragama di masyarakat

Telaah Pustaka
Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama
Teori Identitas Sosial
Tradisi Halalbihalal
Metode Penelitian
Deskripsi Kampung Gendingan dan Tradisi Halalbihalal Lintas Agama
Islam P
Proses Konstruksi Halalbihalal Lintas Agama
Transformasi Identitas Agama Menjadi Identitas Kewargaan
Ucapan Terimakasih
Daftar Pustaka
Mahasiswa Terhadap Kata Toleransi
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call