Abstract

St. Mansyur (1915-1968) was born in the village of Guguktinggi, Agam. He is a graduate of the Sumatra Thawalib Madrasah, Padang Panjang, he is a teacher, mosque imam, and army priest who has a hierarchical relationship with RE Martadinata and Bahrum Rangkuti figures who have research. However, the history has not been studied, so it is necessary to conduct a study. The research was conducted by considering the figure of St. Mansyur meets the criteria of popularity, influence, controversy, uniqueness, integrity, relevance, and contribution of his thoughts. The results showed that St. Mansyur as a surau teacher, mosque priest, and army priest worked with individuals and society with his diligence and expertise as a form of charity with knowledge and faith. He contributed ideas about the concept of devotion as a surau teacher, mosque imam, and army imam which are forms of the profession in the perspective of Islamic education. St. Jobs Mansyur as a surau teacher, mosque imam and army imam are forms of the Islamic education profession that are taken in stages through a step-by-step process in accordance with increasing expertise and work experience. Devotion St. Mansyur as a surau teacher, mosque imam and army imam in the perspective of Islamic education is a portrait of the profession of the past; Among the forms of attitude and behavior that are still relevant to the present need to be used as a reference.

Highlights

  • The results showed that St

  • Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; Yahdi, M

Read more

Summary

Pendahuluan

Artikel hasil penelitian ini disusun dengan alasan yang melatarbelakangi, yaitu: (1) adanya tokoh pendidikan Islam di Indonesia tempo dahulu; (2) adanya model pendidikan Islam tempo dahulu yang memiliki unsur, yaitu: surau, imam, guru dan murid; dan (3) adanya bentuk pengabdian dalam pendidikan Islam dengan menjalankan profesi sebagai guru surau, imam mesjid, dan imam tentara yang memiliki kekhasan tersendiri sesuai situasi kondisi masa lalu. Dipandang perlu mengangkat tokoh Sutan (St.) Mansyur yang memiliki pengalaman pekerjaan dalam profesi sebagai guru surau, imam masjid dan imam tentara dan diduga memiliki pengabdian dalam perspektif pendidikan Islam. Ia tak meninggalkan warisan berupa harta kekayaan dunia melainkan berupa nama baiknya dan contoh yang baik bagi keluarga yaitu anak dan keturunannya, masyarakat, bangsa dan negara; (4) Keunikan: Ia membagi pekerjaan muamalah-nya menjadi dua bagia, yaitu: (a) pekerjaan umum untuk kebutuhan duniawiah-nya dengan bekerja menjalankan usaha dagang dan pengrajin perhiasan emas untuk mencari nafkah dan kebutuhan dunia; dan (b) pekerjaan khusus untuk kebutuhan dunia-akhirat-nya menjalani profesi ranah pendidikan Islam, mulai dari menjadi guru surau, imam mesjid dan imam imam tentara; (5) Integritas di bidang penelitian yang hendak diteliti: Ia memberikan sumbangan pemikiran tentang konsep pengabdian sebagai guru surau, imam masjid dan imam tentara yang merupakan bentuk-bentuk profesi dalam perspektif pendidikan Islam; dan (6) Relevansi dan kontribusi pemikirannya dengan konteks kekinian: Ia ber-muamalah sebagai guru surau, imam mesjid dan imam tentara dengan individu dan masyarakat dengan ketekunan dan keahlian sebagai bentuk amal dengan ilmu dan iman. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian baru yang berbeda dengan penelitian sebelumnya karena memberi sumbangan pemikiran tentang konsep pengabdian sebagai guru surau, imam masjid dan imam tentara yang merupakan bentuk-bentuk profesi dalam perspektif pendidikan Islam

Tinjauan Pustaka
Metode
Imam Tentara Pemeliharaan Rohani Islam Angkatan Laut Tahun 19551970
Simpulan
Findings
Referensi
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call