Abstract
Science education can be developed based on the uniqueness and superiority of a region, including technology, culture and local (traditional). This study aims to identify and describe local cultural and technological environment of traditional agricultural communities the Malays and Dayaks in Pontianak regency still believed and used in maintaining life, and integrate the local culture and technology in the development of science-based learning the local culture. Qualitative approach to ethnographic studies (etnosains and etnoteknologi study) with emphasis on critical studies and interpretive conducted in order to explore local culture and technological environment of traditional agricultural communities the Malays and Dayaks in observation techniques and in-depth interviews. The results showed that in culture and traditional local technology community agricultural environment Malays and Dayak tribes identified science concepts that can be developed in science learning in schools. Keywords: local culture, local technology, science
Highlights
Malays and Dayak tribes identified science concepts that can be developed in science learning in schools
Pada dasarnya etnosains juga sering disebut sebagai etnografi baru (The new ethnography) dalam konteks kajian antropologi
Makalah disajikan dalam Simposium dan Musyawarah Nasional I
Summary
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi etnografi dalam mengungkap budaya dan teknologi lokal masyarakat lingkungan pertanian suku Melayu dan Dayak di Kabupaten Pontianak yang masih diyakini dan digunakan. Melalui studi ini dimungkinkan untuk melakukan analisis, mendeskripsikan dan menjelaskan hubungan-hubungan yang terjadi yang membentuk fenomena pendidikan sains sebagai rekonstruksi budaya dari unsur-unsur sosial yang nyata, pengalaman subyektif yang melandasi tindakan tersebut, dan kondisi-kondisi konteks sosial-budaya yang melandasinya (Carspecken, 1996). Pada dasarnya etnosains (ethnoscience) juga sering disebut sebagai etnografi baru (The new ethnography) dalam konteks kajian antropologi IPA dalam kurikulum dan dirancang perangkat pembelajaran IPA berbasis budaya lokal
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have