Abstract

Asia tidak pernah bebas dari masalah penindasan, marjinalisasi, dan eksploitasi dalam hal ras, politik, ekonomi, gender, dan lain-lain yang dilakukan oleh orang Barat terhadap orang Timur. Pada abad ke-21, perspektif ini telah meluas ke kekuasaan manusia terhadap alam. Isu kerusakan alam dalam beberapa dekade terakhir merupakan hasil dari eksploitasi manusia atas alam yang melibatkan relasi kuasa dan marjinalisasi kaum tertindas dalam konsep kolonialisme. Kerusakan alam, eksploitasi alam, dan marjinalisasi kaum tertindas dalam konteks Asia ditampilkan dalam tiga cerpen Indonesia yang berjudul Pekik Burung Kedasi di Tepi Kahayan (Crying Cuckoos over the Kahayan), Cenning Rara, dan Pohon Pongo (Pongo’s Caring Tree). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mematahkan persepsi Eropa terhadap Asia bahwa Timur adalah wilayah yang terbelakang dan tidak berbudaya serta tidak mampu memimpin dirinya sendiri dalam isu-isu penyelamatan dunia. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan. Melalui pendekatan poskolonial ekokritik, hasil penelitian ini menyatakan bahwa (1) cara pandang Eropa terhadap Asia yang tidak berbudaya, tidak berpendidikan, dan tidak mampu menyuarakan pemikirannya adalah menyesatkan, (2) masyarakat Asia memiliki hubungan yang kuat dengan alam dan dapat disejajarkan dengan Eropa untuk membangun dunia dengan cara menyelamatkan alam.Asia has never been free from issues of oppression, marginalization, and exploitation in terms of race, politics, economy, gender, etc. that Westerners have inflicted on Easterners. In the twenty-first century, this perspective has expanded to human power over nature. The issue of natural destruction in recent decades is the result of human exploitation of nature involves power relations and marginalization of the oppressed in the concept of colonialism. The destruction of nature, natural exploitation, and marginalization of the oppressed in the Asian context is shown in three Indonesian short stories entitled Pekik Burung Kedasi di Tepi Kahayan (Crying Cuckoos over the Kahayan), Cenning Rara, and Pohon Pongo (Pongo’s Caring Tree). The purpose of this paper is to break the European perception of Asia that the East is a backward region with uncultured people who are unable to lead themselves in world-saving issues. This study uses library research. Through the ecocritical postcolonial approach, the results state that (1) the European perspective on Asia as uncultured, uneducated, and unable to voice their thoughts is misleading, (2) Asians have a strong relationship with nature and can be aligned with Europe to build the world through saving nature.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call