Abstract

In the last decade, scientists in almost all disciplines often elaborate happiness using interdisciplinary approaches, metodologies, and measurements, both quantitative and qualitative. Beside scientific approaches, one can also explore this topic from the viewpoint of speculative and phenomenological thinking. This viewpoint describes the experiences of happiness by realising empirical and rational knowledge as well as esoteric consciousness of reality as such. It is Chuang Tzu (Zhuangzi), whose thoughts elaborate cognitive and intuitive sides of human mind, who offers a philosophy in order to bring forward an awareness of reality as itself. Chuang Tzu argues for a realisation of conjunction of both cognitive and intuitive capabilities of human mind, as well as its rational and mystical sides. The realisation of both natural capabilities brings about conditions for modern people’s experience of happiness.

Highlights

  • In the last decade, scientists in almost all disciplines often elaborate happiness using interdisciplinary approaches, metodologies, and measurements, both quantitative and qualitative

  • The truly intelligent knows the unity of things

  • Bukankah gelora afeksi dan rasa indrawi bagian dari hal alamiah yang dialami seseorang ketika mengaktifkan kemampuan rasional-mistiknya di Jalan Dao? Bukankah kemampuan alamiah manusia mencakup pula kemampuan rasa indrawi dan afeksi untuk menikmati pada suatu saat dan ruang tertentu? Bukankah rasa indrawi dan afeksi yang membuat orang menikmati kebahagiaan yang instan pun adalah bagian sisi Kehidupan yang tidak terkatakan dan terumuskan melalui kemampuan kognisi dan intuisi?

Read more

Summary

Paradigma Filosofis Chuang Tzu

Chuang Tzu membuka Bab 18 tentang kebahagiaan sejati dengan serentetan pertanyaan:. “Is there really perfect happiness in the world? Is there really some way by which we can enjoy life? If there is, what should we do and what should we depend on? What should we avoid and what should we adhere to? What should we follow and what should we evade? What should we like and what should we dislike?”6. Jika orang tidak menggunakan persepsi pikiran sehari-hari, demikian Chuang Tzu, perbedaan dan pembedaan yang polaristik ini sebenarnya tidak nyata. Chuang Tzu menegaskan bahwa tidak ada perbedaan dan pembedaan antara satu perspektif dengan perspektif lain. Chuang Tzu menyatakan, memahami bahwa pengenalan terbatas yang saling melengkapi ini membawa orang pada pengenalan kognitif yang terbatas agar ia tidak jatuh pada perspektivisme. Chuang Tzu “mengambil sikap skeptik” untuk menegaskan bahwa pernyataan tentang pengetahuan seseorang ternyata bukan mencerminkan kenyataan sebagaimana adanya. The truly intelligent knows the unity of things They do not make distinctions, but follow the common and the ordinary. Saat melalui “jalan afirmatif ” atau mengikuti Dao inilah, menurut Chuang Tzu, seseorang mengikuti “kondisi alamiah bawaan” (innate nature): pengenalan kognitif dan pengalaman batiniah, dalam menjalani kehidupan sebagai keutuhan. Pengalaman kehidupan yang apa adanya itu menyiratkan dialaminya ‘rasa’ bahagia.[19]

Menjadi Bahagia
Diskusi dan Simpulan
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call