Abstract

This article examines the influence of feminist discourse through the contextual approach of the holy book (Qur'an) and its influence on access to social justice. The main argument of this article states the contextualization of feminist discourse in Islam by re-reading the verses of the Qur’an which leds misogynistic in practice experiencing complexity and difficult paths. Using a feminine perspective, this article traces the interpretation of the Qur'anic text and the hadiths are detrimental to women. Therefore, "locality" is a consideration because women cannot be seen as one or monolithic. For this reason, a "locality" methodology meeting is needed in seeing the struggle of feminism in revising the authority of interpretation in an effort to make feminist studies a policy study, especially for and for the empowerment of marginal people in various parts of the world.

Highlights

  • “lokalitas” sangat menjadi pertimbangan sebab perempuan tidak bisa dilihat sebagai satu atau monolitik

  • And Gender In Islamic Law. Cambridge: Cambridge University Press

Read more

Summary

KERANGKA TEORI

Feminisme sebagai alat analisis maupun gerakan selalu bersifat historis dan kontekstual, artinya muncul sebagai jawaban atas masalah-masalah perempuan yang aktual dan kontekstual. Apa yang dilakukan Hasan dan Wadud Muhsin, sebagaimana para feminis muslim lainnya seperti Asghar Ali dan Farid Essack, merupakan kesadaran kritis untuk membangun konsep teologi Islam yang dapat membebaskan kaum perempuan dari keterkungkungan penjara budaya patriarki. Teologi feminisme Islam seperti itu sangat dibutuhkan untuk membebaskan kaum perempuan yang sudah berabad-abad telah mengalami penindasan dan diskriminasi gender. Pedagogi feminis tumbuh dari kesadaran bahwa sejarah pengetahuan telah ditulis dengan pendekatan yang apolitis dan ahistoris. Kini produksi pengetahuan feminis sudah menjejakkan suatu tradisi kritik kebudayaan, analisis hukum (feminist legal studies), teori politik, epistemologi dengan satu tujuan: transformasi sosial. Maka dalam hal ini penulis mengajukan satu asumsi dan dapat dimaknai; apabila sepanjang suatu pemikiran, dan gerakan, berangkat dari kesadaran tentang terjadinya penindasan baik fisik maupun mental terhadap perempuan dan atau masyarakat, sehingga kesadaran akan pentingnya membuka akses keadilan dan kesetaraan menjadi motor penggerak untuk dengan sengaja dan sadar mengubah keadaan tersebut

KOMPLEKSITAS KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM ISLAM
FEMINISME SEBAGAI SUATU STUDI KRITIS
FEMINISME ISLAM DAN AKSES KEADILAN SOSIAL DI INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call