Abstract
Tetanus adalah penyakit yang dapat dicegah yang disebabkan oleh bakteri gram positif bernama Clostridium tetani. Ini adalah penyakit akut namun fatal, terutama bagi orang lanjut usia dan orang yang lemah. Meskipun angka kesakitan penyakit ini menurun seiring dengan penyebaran vaksinasi di seluruh dunia, kebutuhan tatalaksana yang kompleks sering menyebabkan kematian. Penatalaksanaan dini dan memadai akan memperbaiki mortalitas dan morbiditas penyakit ini. Seorang laki-laki berusia 61 tahun masuk di IGD RSUP Dr. Sardjito dengan keluhan kejang. Dia menderita disfagia selama 3 hari dan kaki kanannya terluka akibat pecahan kaca kotor seminggu sebelumnya. Dia dalam kondisi sadar penuh namun nyaris tidak dapat membuka mulutnya. Anggota gerak dan dinding perutnya mengalami kekakuan otot secara berkala. Tekanan darah 187/112 mmHg, denyut nadi 121 bpm, frekuensi pernapasan 36 kali per menit, dan SpO2 95% pada udara ruangan. Hasil laboratorium menunjukkan anemia 9,6 mg/dL, dan peningkatan PaCO2 65,7 mmHg, selebihnya normal. Ia menjalani debridement pada lukanya tersebut, mendapat HTIG 3000 IU IM dan diintubasi di IGD, kemudian dirawat di ICU. Metronidazol 500mg/8 jam dan ceftriaxone 2g setiap hari disuntikkan. Morfin dan diazepam masing-masing 0,5 mg/jam dan 5mg/jam diberikan untuk pengendalian kejang berkelanjutan. Pneumonia muncul pada hari ke 5 yang menyebabkan syok septik. Antibiotik secara empiris ditingkatkan menjadi meropenem 2g/6 jam saat kultur dahak diuji. Norepinefrin dan dobutamin diberikan karena ketidakstabilan hemodinamik. Trakeostomi dilatasi perkutan dilakukan pada hari ke 7. Hasil uji mikroba menunjukkan MRSA sensitif terhadap amikasin pada hari ke 10. Pasien ini dirawat di ICU selama 35 hari dengan dukungan ventilasi mekanis selama 32 hari, kemudian dipindahkan ke HCU dengan dipasang selang trakeostomi. Debridemen segera sangat penting bagi pasien tetanus. Antibiotik memainkan peran penting. Metronidazol dipilih karena kemampuannya menembus area aerobik. Ceftriaxone merupakan antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap Clostridium tetani yang memiliki ekspresi transporter glutamat neuroprotektif. Kombinasi ini meningkatkan efek pemberantasan bakteri. Penatalaksanaan tetanus di ICU terdiri dari 3 poin utama; (1) pemberantasan mikroba dengan debridemen luka dan antibiotik yang tepat, (2) netralisasi racun, dan (3) terapi suportif untuk kejang, ketidakstabilan hemodinamik, dan infeksi sekunder. Trakeostomi dini harus dipertimbangkan karena diperkirakan akan memperpanjang perawatan intensif.
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have
Similar Papers
More From: COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.