Abstract

Artikel ini membahas bagaimana kuasa, tubuh hingga ideologi kiri dalam unggahan meme politik Nurhadi-Aldo (NA). Indonesia saat ini menyaksikan kemunculan satu pasang calon presiden fiktif, yakni Nurhadi-Aldo. Pasangan ini muncul di tengah tensi politik yang memanas menjelang pemilihan presiden Indonesia periode 2019-2024. Pasangan fiktif ini menjadi viral dengan berbagai unggahan meme yang cenderung vulgar – berkaitan dengan tubuh, tetapi beberapa unggahannya ikut menyuarakan kritik terhadap kuasa. Nurhadi-Aldo yang kemudian disingkat menjadi ‘Dildo’ menyimbolkan diri sebagai phallus palsu, alias kuasa fiktif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semiotika Peirce. Berdasarkan analisis semiotika terhadap sampel meme NA terkait dengan kuasa dan tubuh dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Meme politik mampu menjadi medium aspirasi bagi semua pihak yang ringan, namun efektif dan viral; (2) Meme NA berasal dari dua ikon shitposting sehingga unggahan NA akan selalu meliputi tubuh, ironi, dan absurditas; (3) Shitposting yang cenderung vulgar dan agresif memungkinkan meme NA membawakan topik yang sensitif, khususnya ideologi kiri dan tubuh; (4) Tampilan foto profil NA yang terbalik serta singkatan yang disematkan pada mereka, yakni dildo memiliki peran penting dalam membangun sebuah simbol atas kuasa palsu.

Highlights

  • PENDAHULUAN Era digital dewasa ini sudah membawa banyak perubahan terhadap hidup manusia, khususnya dalam penyebaran informasi melalui internet

  • body and leftism exist in political memes of NurhadiAldo

  • Indonesia recently has witnessed the emergence of a pair of fictitious presidential candidates

Read more

Summary

NA pada awalnya adalah meme

NA bergerak menjauhi karakteristik shitposting pada umumnya dan mendekati meme politik – khususnya dalam beberapa unggahan yang memiliki kata-kata atau kalimat sederhana dan berideologi kiri. Dapat disimpulkan bahwa kalangan muda, kelas menengah, dan berideologi kiri adalah tiga kelompok yang dianggap tidak muncul dalam elite politik di Indonesia (Melati, 2019) dan NA menjadi medium yang dapat menyuarakan ketiganya. Meme NA dengan tema sentral pemilu 2019 dan paslon fiktif secara otomatis menjadi sebuah fenomena tanda. Dalam sebuah meme yang memiliki kekhususan seperti NA, baik gambar maupun tulisan berpadu menjadi sebuah sistem tanda yang diharapkan oleh sang pembuat untuk mencapai suatu efek yang diharapkan. Dalam penggunaannya ketiga jenis tipe penanda tersebut tidak secara ekslusif berdiri sendiri, namun dapat saling bercampur satu dengan yang lain. NA dengan ketiga meme politiknya yang secara terang-terangan memunculkan ikon Karl Marx, namun tidak mendapatkan sentimen negatif apapun dari semua pihak. Lahirlah meme “Papa Minta Saham” yang mampu membingkai permasalahan terkait dengan santai dan jenaka

Kuasa Palsu dalam Meme NurhadiAldo
Komunikasi Politik Iklan Pilkada Kota
Full Text
Paper version not known

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.