Abstract

Tulisan ini bertujuan mengkritik pemikiran relativisme moral yang dibangun dari temuan-temuan baru di bidang neuroscience. Pemikiran ini kerap dipropagandakan seraya menempatkan moralitas umat beragama sebagai hal yang irasional, mengada-ada serta ketinggalan zaman. Hal ini menjadi tantangan dakwah nilai-nilai moral islam yang rasional dan universal. Para da’i perlu memahami antitesa pemikiran tersebut supaya dapat menjawab argumentasinya di lapangan dakwah. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis kritik. Analisis kritik berpijak pada teori koherence, korespondensi dan pragmatis. Kelemahan pemikiran ini diantaranya mereduksi moralitas jadi sekedar simpati, dan meniadaan aspek lain dalam pembentukan moral. Pendekatan dan metode yang digunakan tidak tepat. Penyimpulan relativisme moral dari argumen-argumen dan skenario-skenario penilaian moral dalam eksperiment neuroscience tidak sah, sebaliknya studi ini menemukan adanya rasionalitas, objektivitas dan universalitas nilai moral dibalik argumen yang diajukan. Pemikiran relativisme ini tidak bisa diterapkan dalam penilaian moral non sosial, mengakibatkan orang menjadi skeptis pada penjelasan rasional atas penilaian moral, serta mengambil keputusan moral secara instingtif, tidak mengukur kembali dampak perbuatannya pada tujuannya, sehingga membawa keburukan bagi diri dan lingkungannya.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call