Abstract

Permasalahan stunting masih menjadi isu krisis global dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh sektor pemerintahan. kurangnya literasi masyarakat membuat kasus stunting pada tahun 2022 di Lombok Timur mencapai 35,6%. Berbagai Regulasi yang dilakukan mulai dari Perbup sampai Perdes terkait stunting perlu dikomunikasikan lebih intens dan interaktif. Penelitian ini fokus terhadap pola komunikasi dan inovasi yang dilakukan dalam analisis struktural fungsional, dengan menggunakan metode kualitatif fenomenologi melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi yang dilakukan adalah pola rantai (chain) atau komunikasi hierarki dan pola komunikasi Y melalui perantara staf atau pihak ketiga dengan model komunikasi Shannon & Weaver dalam proses penyampaian informasi. Inovasi program dilakukan seperti sawer telur oleh UPTD, membentuk PIKR dan Tribina (Bina Keluarga Balita, Lansia dan Remaja) oleh tim pendamping keluarga (TPK). Melalui analisis AGIL Talcott Parsons, keterlibatan semua pihak (integreated action) belum maksimal termasuk tokoh agama (Tuan Guru) dengan pengaruh yang cukup besar di masyarakat.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call