Abstract

Tulisan ini akan membahas tentang mengapa konfrontasi Iran dan Amerika Serikat (AS) di Selat Hormuz bisa terjadi. Setelah menarik diri dari perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), AS secara sepihak mengembalikan sanksi kepada Iran dan membuat hubungan kedua negara kembali memanas. Iran kemudian merespons dengan menggertak akan menutup Selat Hormuz. Hal ini membuat negara-negara yang memiliki kepentingan untuk membeli minyak dari Timur Tengah merasa terancam. AS sebagai pihak yang merasa sangat dirugikan dengan ancaman tersebut melakukan sejumlah manuver dengan melakukan konfrontasi militer di Selat Hormuz. Tindakan ini menyebabkan lalu lintas minyak yang melalui selat tersebut menjadi terganggu, dan distribusi minyak dunia pun turut terpengaruh. Dengan menggunakan metode kualitatif dan mengimplementasikan teori Strategi Kebijakan Luar Negeri dari Lovell, penulis menemukan bahwa Iran dan AS menggunakan pendekatan Confrontation Strategy dalam kebijakan luar negerinya, yang mengutamakan usaha mencapai kepentingan nasional yang saling berlawanan. Sebagai akibatnya, diprediksi bahwa konfrontasi di Selat Hormuz akan terus terjadi selama kedua pihak masih bertahan dalam posisinya masing-masing.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call