Abstract
Fenomena poligami menjadi polemik dalam negara timur, seperti Indonesia. Sebagai negara mayoritas muslim Indonesia mengenal dua sistem dalam berkeluarga, yaitu sistem monogami dan poligami. Pernikahan di Madura tidak jauh berbeda dengan sistem pernikahan tradisional di daerah lain. Praktek poligami pada mulanya hanya dilakukan oleh laki-laki Madura yang memiliki jabatan atau memiliki materi lebih, seperti tokoh agama, pejabat, atau seorang blater yang berpengaruh dalam lingkungan masyarakat. Namun praktik poligami yang terjadi belakangan ini dilakukan pula oleh laki-laki Madura yang tidak berkecukupan secara materi. Dengan kondisi diatas, fenomena praktek poligami di Bangkalan Madura dapat diibaratkan seperti fenomena gunung es. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana komunikasi perempuan dalam keluarga berpoligami di Bangkalan Madura? Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data ini menggunakan wawancara mendalam (depth interviews) , observasi partisipan.
Highlights
PENDAHULUAN Selama ini ada asumsi yang beredar bahwa poligami terjadi salah satunya karena jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki
The results of this study indicate that in the communication of women in polygamous families in Bangkalan, using contradictory messages in conveying messages, especially first wives to second wives
Sedangkan pesan non verbal istri berupa sikap diam yang umumnya dipicu oleh rasa cemburu, merasa diperlakukan tidak adil, tidak diperhatikan, dicuekin dan pembagian jatah kunjungan maupun jatah keuangan
Summary
Abstrak: Fenomena poligami menjadi polemik dalam negara timur, seperti Indonesia. Sebagai negara mayoritas muslim Indonesia mengenal dua sistem dalam berkeluarga, yaitu sistem monogami dan poligami. Praktek poligami pada mulanya hanya dilakukan oleh laki-laki Madura yang memiliki jabatan atau memiliki materi lebih, seperti tokoh agama, pejabat, atau seorang blater yang berpengaruh dalam lingkungan masyarakat. Namun praktik poligami yang terjadi belakangan ini dilakukan pula oleh laki-laki Madura yang tidak berkecukupan secara materi. Fenomena praktek poligami di Bangkalan Madura dapat diibaratkan seperti fenomena gunung es. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana komunikasi perempuan dalam keluarga berpoligami di Bangkalan Madura? Informan dalam penelitian ini adalah para perempuan dalam perkawinan poligami, baik istri pertama maupun istri kedua. Informan pendukungnya adalah suami dalam keluarga berpoligami serta kerabat perempuan yang dipoligami. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam komunikasi perempuan dalam keluarga berpoligami di Bangkalan, menggunakan pesan kontradiktif dalam menyampaikan pesan terutama kepada madu nya. Komunikasi perempuan dalam keluarga berpoligami juga berpotensi menimbulkan konflik
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have