Abstract

This study examines Pantun Batobo, Kampar oral literature using ecocritical and semiotic theories. Pantun Batobo is a poem sung by batobo actors (mutual cooperation in farming) in the cultural areas of Kampar, Kuantan Singgigi, and Inderagiri. This pantun is intended as a remedy for fatigue because batobo actors work from morning to evening. This pantun can be classified into the cultural products of an agrarian society. To study the pantun, ecocritical and semiotic theories are used. Methods used interview techniques and literature while for data analysis used descriptive analysis methods. The results of this study are found the concept of harmony between humans and nature in the Pantun Batobo.

Highlights

  • Berdasarkan data yang tercatat pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), total luas hutan dan lahan yang terbakar di seluruh Indonesia sepanjang Januari hingga Agustus 2019 mencapai 328.724 hektare

  • This study examines Pantun Batobo, Kampar oral literature using ecocritical and semiotic theories

  • Pantun Batobo is a poem sung by batobo actors in the cultural areas of Kampar, Kuantan Singgigi, and Inderagiri

Read more

Summary

Pendahuluan

Berdasarkan data yang tercatat pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), total luas hutan dan lahan yang terbakar di seluruh Indonesia sepanjang Januari hingga Agustus 2019 mencapai 328.724 hektare. Batobo dan Pantun Batobo yang dimiliki masyarakat Kampar adalah contoh dari masyarakat komunal dalam gelombang peradaban pertama menurut Alvin Toffler ini. Sistem batobo tidak jauh berbeda dengan sistem togak umah, di mana pengerjaannya dilakukan oleh anggota masyarakat setempat secara bersamasama atau gotong-royong. Data yang dipaparkan di awal tulisan ini adalah bentuk dari pergesaran cara pandang masyarakat terhadap alam dan hidupnya. Karya sastra mempunyai eksistensi ganda, yakni sekaligus berada dalam dunia inderawi (empirik) dan dunia kesadaran (consciusness) yang nonempirik. Dalam paradigma yang seperti inilah maka pantun batobo kemudian bisa dimaknai sebagai sebuah bentuk kesadaran kolektif kebudayaan masyarakat Kampar sebagai pemilik pantun tersebut. Tahap kedua pemahaman karya sastra dengan memasukkan struktur yang telah ditemukan dalam tahap pertama itu ke dalam struktur yang lebih besar, yaitu sistem sastra. Kajian ekokritik mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti: 1. Bagaimanakah alam direpresentasikan dalam novel/puisi/drama?

Bagaimana metafora kita tentang tanah mempengaruhi cara kita memperlakukannya?
Metode
Hasil dan Pembahasan
Batobo dan Pantun Batobo
Representasi
Simpulan
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call