Abstract
This study aims at obtaining a sustainably superior seed stock following the characteristics of the parent plant, determining the best formulation of the growth stimulating substance. In general, cytokinin and auxin combination was used, but this study also added with the combination of cytokinin and giberelin and cytokinin and abscisic acid (AA).Parameters measured were bud length, number of buds, and survival rate. Bacterial Vibrio sp test was also done as a cause of the explant mortality. Results showed that the longest bud was recorded in treatment C (S+A 1:2.5) cultured in a jar, 1.343 mm long, 38% of survival, while the highest number of buds was found in treatment B (S+A 1 : 2) 8.86. The shortest bud was recorded in treatment J (S + AA 1:2.5) cultured in a jar, 0.093 mm long, 2.64 buds, 10% of survival, while the explant cultured in the bottle had a length of 0.051 mm long, 1.50 buds, 4% of survival. As conclusion, the best growth stimulating substance was found in the treatment C for the bud length and the survival rate, while the best number of bud was recorded in the treatment B. The best culture tank was topless bottle (aerated). In vitro culture could also use S + G formulation. The explant mortality was caused by Vibrio charchariae. The use of S + AA formulation had lower growth than that of control treatment.Keywords :in vitro, growth stimulating substance, culture media, Kappaphycus alvarezii, Vibrio charchariae ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memperoleh benih unggul secara berkelanjutan yang mengikuti karakteristik dari tanaman induk, menentukan formulasi terbaik dari substansi pertumbuhan merangsang. Secara umum, kombinasi sitokinin dan auksin digunakan, tetapi penelitian ini juga menambahkankombinasi sitokinin, giberelin, sitokinin dan asam absisat (AA). Parameter yang diukur adalah panjang tunas, jumlah tunas, dan tingkat kelangsungan hidup. Bakteri Vibrio Uji sp juga dilakukan sebagai penyebab kematian eksplan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tunas terpanjang terdapat pada perlakuan C (S + A 1: 2,5) kultur dalam toples, 1,343 mm, 38% hidup, sementara jumlah tertinggi tunas ditemukan pada perlakuan B (S + A 1: 2) 8.86 . Jumlah tunas paling sedikit terdapat pada perlakuan J (S + AA 1: 2,5) yang dikultur dalam toples, 0,093 mm, 2,64 tunas, 10% hidup, sedangkan eksplan yang dikultur dalam botol memiliki panjang 0.051 mm, 1. 50 tunas , 4% bertahan hidup. Sebagai kesimpulan, pertumbuhan terbaik merangsang zat ditemukan dalam perlakuan C untuk panjang tunas dan tingkat kelangsungan hidup, sementara jumlah tunas terbanyak ditemukan pada perlakuan B. Penggunaan wadah budaya terbaik adalah topless yang diaerasi. Kultur in vitro juga dapat menggunakan formulasi S + G. Kematian eksplan disebabkan oleh Vibrio charchariae . Penggunaan formulasi S + AA memiliki pertumbuhan yang lebih rendah dari pada pengobatan kontrol .Kata kunci : in vitro, zat perangsang tumbuh, media kultur, Kappaphycus alvarezii, Vibrio charchariae
Highlights
A jumlah tertinggi tunas ditemukan pada perlakuan B (S + A 1: 2) 8.86
A guide to the seaweed industry : 6. Seaweed used as a source of carrageenaan
‘Regenerasi Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) melalui Induksi Kalus dari Embrio dengan Penambahan Hormon Perangsang secara In Vitro, Jurnal Riset Akuakultur, 4 (1), 39-45, diunduh 10 April 2017, dari http://ejournal-balitbang.kkp
Summary
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2018. Penamanan eksplan dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, penanaman bakteri pada media TCBS untuk uji bakteri Vibrio, sp dilakukan di Laboratorium Farmakologi Kelautan FPIK UNSRAT dan uji biokimia di BPIKM Bitung.
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have
Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.