Abstract
Islam as a religion has a doctrine full final, complete, comprehensive and universal, so that the texts that became the guiding principle is universally viewed as well. In the real level, especially in need of interpretation, often leading to problems of its own because each group has a flow that allows the results are different interpretations. This is like the Salafi group based its interpretation on groups considered heretical Islamic sects other, so that a constraint when a dialogue about the development of tolerance values. Despite the rejection of the dialogue is actually contrary to the Qur'an itself. Key words: Salafi, tolerance, interpretation, heretical innovation
Highlights
Islam sebagai agama terakhir memiliki ajaran yang lengkap, sempurna, komprehensif dan universal, sehingga nash-nash yang menjadi pedomannya banyak ditampilkan secara universal pula
This is like the Salafi group based its interpretation on groups considered heretical Islamic sects other
Dan Pembangunan, Tahun ke-35, No 2, April 2010
Summary
Enggano”, Jurnal Istiqro’, Vol 02, No 1, 2003, Jakarta, Direktorat PTAI, Depag RI, hlm.[31]. Kehidupan antar aliran agama dalam Islam mempunyai perspektif yang berbeda, sebagaimana ketika dihadapkan pada kondisi-kondisi riil dalam kehidupan kelompok keagama-an yang terkait dengan kehidupan sosial keagamaan, sehingga membutuhkan penafsiran nash atau ayat. Dalam kerangka penafsiran ini tidak jarang muncul perbedaan yang signifikan, yang dapat mengakibatkan dalam perjuangan melaksanakan doktrin-doktrin syari’at menjadi berbeda antara kelompok keagamaan yang satu dengan yang lainnya. Persoalan yang muncul adalah ketika interpretasi setiap aliran keagamaan masing-masing mengaku paling benar, padahal hasil interpretasi tersebut saling bertentangan dan kemudian tidak dapat dikompromikan, apalagi hasil penafsiran tersebut diakuinya sebagai doktrin agama yang apabila tidak dilaksanakan mereka merasa berdosa. Agama yang dipahami secara sempit dan para pemeluknya bersifat eksklusif, maka agama akan menjadi sumber konflik, sebaliknya apabila pemeluk agama dapat menerima perbedaan sebagai ketentuan Tuhan dan karena itu dapat saling menghargai sesama pemeluk agama satu dengan lainnya, maka agama dapat menciptakan keda-maian.[5]
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have
Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.