Abstract

Abstrak Selama ini sebagian besar peneliti mengatakan bahwa sejumlah otoritas keagamaan baru mendukung konservatisme keagamaan. Tulisan ini menunjukkan bahwa otoritas keagamaan lama juga menjadi kekuatan pendorong konservatisme Islam dan politik identitas di Priangan Timur Jawa Barat, terutama gerakan Darul Islam. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menarasikan transformasi gagasan Negara Islam (Dahrul Islam) menjadi Negaran Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bersyariah, yang sedang berlangsung di daerah Priangan Timur. Pada tahun 2016, pendukung gagasan ini merupakan kelompok yang paling bersemangat dalam aksi 212 di Jakarta. Artikel ini berdasarkan dari penelitian kualitatif penulis dengan menggunakan metode pengumpulan data, yaitu studi pustaka, observasi, dan wawancara terhadap pimpinan pesantren di Tasikmalaya dan Ciamis. Hasil studi ini menunjukkan bahwa gerakan keagamaan di Priangan Timur berperan signifikan dalam mendukung populisme Islam pada tingkat nasional. Argumentasi yang dibangun adalah bahwa beberapa pesantren atau organisasi keagamaan tradisional mendukung konservatisme keagamaan yang berlanjut di era politik identitas. Abstract Much recent research state that a number of new religious authorities support religious conservatism. This paper shows that the old religious authorities also became the driving force of Islamic conservatism and identity politics in East Priangan, West Java, especially those historically tied to the Darul Islam movement. The paper aims to narrate the transformation of the idea of Islamic State (Darul Islam) into the Sharia-compliant Republic of Indonesia, which is taking place in the East Priangan region. In 2016, supporters of this idea were among the most enthusiastic participants of the 212 rallies in Jakarta. This article uses qualitative research by using the data collection methods of literature study, observation, and interviews to heads of pesantrens in Tasikmalaya and Ciamis. The results of this study show that religious movements in East Priangan play a significant role in supporting Islamic populism at the national level. The argument is that some traditional pesantren or religious organizations support religious conservatism that continues in the era of identity politics.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call