Abstract

This article addressed the question, from a juridical empirical approach) to what extent the making and implementation of a new curriculum at formal educational institution at Madura containing lesson for the preservation and development of local corn cultivation and agriculture may have positive impact on the enhancement of the local economy. Field study is conducted at the Sumenep district. The main finding is that the regional autonomy policy opens up the possibility for regional/local government to make and implement educational policy introducing a new curriculum containing lesson in local corn cultivation and corn agribusiness. This new curriculum may be implemented at the basic school up to the intermediate level with the purpose of strengthening local culture, i.e., traditional corn cultivation. With that in mind a regional regulation should be issued providing the legal basis for the above policy.

Highlights

  • Pendahuluan Pemberian otonomi kepada daerah melalui asas desentralisasi[1] akan mendorong lebih banyak peran serta pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhannya dibandingkan dengan pemerintah pusat, karena esensi pemerintah daerah berkaitan erat dengan kewenangan yang dimilikinya dalam mengurus dan mengatur urusan rumah tangga pemerintahannya.[2]

  • Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ni’Matul Huda, sistem desentralisasi mengandung makna pengakuan penentu kebijaksanaan pemerintah terhadap potensi dan kemampuan daerah dengan melibatkan wakil - wakil rakyat di daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan, dengan melatih diri menggunakan hak yang seimbang dengan kewajiban masyarakat yang demokratis.[3]

  • Web Dokumen: https://www.kompasiana.com/ramdan69/kurikulum-pendidikan-berbasis potensi-daerah_559489027293739413cb192e. diakses 19 Juli 201 https://www.kompasiana.com/ramdan69/kurikulum-pendidikan-berbasispotensi-daerah_559489027293739413cb192e. diakses 19 Juli 2018. http://www.teropongmadura.net/2016/12/jagung-madura.html diakses 21 Juli 2018 http://kupang.tribunnews.com/2016/07/20/kurikulum-muatan-lokal-danpotensi-daerah diakses 18 Juli 2018

Read more

Summary

Pembahasan Kondisi Pertanian Jagung di Kabupaten Sumenep

Jagung menjadi salah satu komoditi pertanian paling menonjol di Madura khususnya di Sumenep. Hal ini dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat Sumenep dalam menanam jagung, yaitu tanam-pangan bukan tanam bisnis sehingga menanam jagung tidak memberikan nilai ekonomis.[12] Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Bagas Praptomo selaku Kepala Bidang Pengelolaan dan Pemasaran pada Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Kabupaten Sumenep. Karena kebutuhan jagung nasional yang harus dipenuhi masyarakat diminta untuk tidak hanya menanam jagung lokal, tetapi juga jagung hibrida. Menanam jagung hibrida sebagai kebutuhan pasar dan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi jika di bandingkan dengan jagung lokal. Langkah yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Kabupaten Sumenep yaitu mengubah posisi tanaman antara jagung. Data Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Kabupaten Sumenep mencatat di tahun 2017 terjadi perbedaan hasil yang signifikan antara petani menanam jagung lokal dan jagung hibrida. Sebagaimana dalam tabel di bawah ini: Tabel 1: Perhitungan Hasil Tanam Jagung Hibrida dan Lokal Madura

Nilai total produksi
Daftar Pustaka

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.