Abstract

Dengan jumlah penduduk yang besar dan terus bertumbuh pesat, Indonesia perlu memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat untuk mencegah semakin membumbungnya harga beras. Harga beras di Indonesia kini sudah dua kali lebih mahal daripada harga di pasaran internasional, dan impor beras, yang tidak populer, masih diperlukan untuk menutupi kekurangan ini. Padi hibrida memiliki potensial besar untuk meningkatkan produktivitas. Padi hibrida memiliki produktivitas musiman rata-rata 7 ton/ha, dibandingkan dengan padi inbrida yang hanya mencapai 5,15 ton/ha. Namun, luas tanam padi hibrida hanya kurang dari satu persen dari total luas tanam padi di Indonesia, dan telah mengalami stagnasi selama beberapa tahun. Para petani pada umumnya menganggap menanam padi hibrida ini menguntungkan. Petani di Lombok mengalami mendapatkan hasil 10,4 ton/ha dibandingkan padi inbrida yang hanya menghasilkan 8 ton/ha. Selisih hasil ini memberikan pendapatan tambahan sekitar Rp 10 juta per musim per hektar. Kurangnya layanan penyuluhan yang tepat, beberapa varietas padi hibrida yang bermasalah, dan preferensi konsumen yang tidak terpenuhi adalah faktor yang menghalangi adopsi berkelanjutan padi hibrida oleh petani Indonesia. Selain itu, pembatasan impor membatasi akses petani ke pasokan benih berkelanjutan, yang membuat kurang menarik bagi mereka untuk menginvestasikan waktu dan upaya untuk beralih ke padi hibrida. Jika padi hibrida diharapkan untuk mencapai tingkat luasan seperti di Cina (51 persen dari total luas tanam padi) dan Pakistan (25-30 persen), penting bagi sektor swasta untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan dan mengkomersilkan varietas benih yang tepat. Untuk saat ini, impor masih tetap penting; bukan hanya untuk menyediakan benih dalam jumlah cukup, tetapi juga untuk menguji apakah varietas padi hibrida tertentu sesuai dengan kondisi lokal di Indonesia. Begitu ada kapasitas yang cukup untuk mengembangkan varietas-varietas ini di Indonesia, ketergantungan pada impor akan berkurang secara alamiah. Hal ini sangat bergantung pada keahlian teknis yang tersedia di Indonesia. Pengembangan padi hibrida di Indonesia saat ini terkendala oleh rendahnya jumlah pakar yang mampu mengembangkan varietas baru. Agar impor benih dapat digantikan secara berkelanjutan, program pembangunan manusia perlu dilakukan secara bekerjasama dengan berbagai universitas. Pendirian pusat penelitian di berbagai daerah di Indonesia akan memungkinkan pengembangan varietas yang sesuai dengan preferensi konsumen tertentu serta iklim dan kondisi tanah di daerah-daerah yang berbeda.

Full Text
Paper version not known

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.