Abstract

Dalam waktu 10 tahun terakhir laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1.25% per tahun. Dengan meningkatnya populasi Indonesia berdampak terhadap konsumsi energi nasional yang meningkat dari 3.01 barrels oil equivalent (BOE) per kapita di tahun 2013 menjadi 3.12 BOE per kapita di tahun 2020. Salah satu upaya untuk mengurangi emisi ini adalah memanfaatkan sumber energi terbarukan terutama dari sektor kehutanan. Salah satu produknya adalah biomassa atau produk dalam bentuk woodpellet. Biomass dari hasil kegiatan perkebunan karet, logging residue, dan sawn timber residue memiliki potensi energi sebesar 152 GJ per tahun. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan adalah dengan memindahkan Ibu Kota Negara ke Provinsi Kalimantan Timur. Terdapat potensi yang besar untuk memanfaatkan sektor kehutanan dalam mensuplai energi, salah satunya adalah residue dari hutan tanaman industri (HTI). Melalui studi ini akan dihitung keekonomian produk woodpellet dari residue HTI sebagai bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm). Berdasarkan hasil perhitungan harga minimum wood pellet adalah Rp. 1,700/kg dan diperoleh IRR 13.1%, NPV Rp. 41 miliar, dan payback period 8.1 tahun. Dengan menggunakan input harga keekonomian wood pellet sebagai harga beli bahan baku untuk PLTBm, diperoleh harga keekonomian listrik adalah Rp. 3,000/kwh. Solusi lainnya adalah dengan memproduksi steam, dari hasil perhitungan keekonomian harga steam minimum adalah Rp. 740/kg, sehingga diperoleh keekonomian PLTBm IRR 11.4%, NPV Rp. 21.7 miliar, dan payback period 8.3 tahun.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call