Abstract

Understanding common sense surrounding society where people act according to their interpretation toward hadith of the prophet as well Qur’anic verses and command is an essential meaning of living hadith. This paper begins with new alternative of perspective for living hadith, since there are obvious possible interpretations toward a hadith within a complex society that lead to various acts. In addition to that, the different act will be analyzed by Bourdieu’s theory of practice in order to see that the dynamic of practice in such society entail that complexity of interpretations. Female mutilation practice in Kuntu Darussalam village is the object of study in this paper, where majority of people has had perceived the practice asas an unquestioned Doxa for every individual, preached by Ulama repetitively. The latest agent plays assertively for his symbolic modal of the cultural village, unlike the secondary role (e.i. medical agent)who apprehensively stands for different habitus within the society.

Highlights

  • Abstrak Memahami realitas sosial dalam masyarakat yang pada praktiknya melakukan tindakan berdasarkan pemahaman hadis-hadis Nabi SAW sebagai prioritas utama setelah al-Quran merupakan kajian living Hadis yang mulai banyak dikaji dewasa ini

  • Understanding common sense surrounding society where people act according to their interpretation toward hadith of the prophet as well Qur‟anic verses and command is an essential meaning of living hadith

  • This paper begins with new alternative of perspective for living hadith, since there are obvious possible interpretations toward a hadith within a complex society that lead to various acts

Read more

Summary

Latar Belakang

Untuk tidak menyebutnya sebagai politik, tidak melulu sebagai kontestasi di tingkat pemerintahan negara. Female Mutilation berasal dari bahasa Inggris yang berarti pemotongan atau pengrusakan organ genetalia perempuan, dinamai demikian karena khitan yang dilakukan lebih cenderung merusak organ kewanitaan, yaitu pemotongan klitoris dan labia minora bahkan sampai menjahit vagina dengan hanya menyisakan lubang senggama. 2. Sejarah dan Mitologi Khitan Perempuan Khitan perempuan sudah dilakukan dari dahulu kala, bahkan semenjak zaman prasejarah, lebih dari 6000 tahun yang lalu diberbagai belahan dunia.[22] Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya mumi perempuan Mesir Kuno pada abad ke-16 SM. Jauh sebelum Islam datang.[24] Praktik khitan dapat diamati pula pada peninggalan zaman batu dan makam Mesir Kuno berupa gambargambar yang konon dilakukan sebagai bentuk penyembahan atau pengorbanan pada Yang Maha Kuasa dan sebagai bentuk penyucian diri dari kuman-kuman penyakit yang berada pada kulup dan dihilangkan dengan khitan.[25]. Perempuan yang pertama kali dikhitan adalah Siti Hajar, hal itu dilakukan oleh Siti Sarah

24 Arif Kurnia Rahman “Kajian hukum Islam tentang Sunat Permpuan
32 Lihat misalnya antara lain
42 Seorang doktor yang menulis Ensklopedi Khitan
Modal kultural
Modal sosial
Modal Simbolik
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.